Setiap makhluk hidup akan mengalami beberapa fase kehidupan. Mulai
dari anak, dewasa dan akhirnya mati. Ayam juga mempunyai pola kehidupan
yang sama. Saat ayam keluar dari cangkang telur, ayam memasuki fase starter.
Pada fase ini kondisi tubuh ayam masih lemah dengan organ tubuh yang
belum berfungsi secara optimal sehingga ayam memerlukan perhatian yang
lebih intensif agar dapat tumbuh secara optimal.
Anak
ayam secara alami akan dilindungi dan dibimbing oleh induknya. Anak
ayam akan belajar bagaimana cara makan, minum dan mencari makanan dari
induknya. Selain itu, induk ayam juga berperan melindungi anak ayam dari
kondisi lingkungan yang buruk (panas, dingin, angin) dan serangan hewan
predator (tikus maupun kucing). Dengan adanya induk ayam, anak ayam
dapat tumbuh dengan baik. Tetapi akan sangat berbeda sekali dengan ayam
yang tidak mempunyai induk.
Ayam komersial, baik broiler maupun layer
yang telah menetas tidak mempunyai induk ayam sehingga memerlukan induk
pengganti. Dengan teknologi, manusia berusaha menciptakan suatu sistem
induk buatan yang dapat berfungsi seperti induk ayam aslinya. Sistem
induk buatan inilah yang sering kita kenal dengan istilah brooding.
Brooding, Pentingkah ?
Brooding berasal dari kata brood yang berarti seperindukan. Brooding
menjadi alternatif bagi peternak komersiil dalam menangani dan
memelihara anak ayam supaya memperoleh perlindungan dan dapat tercukupi
kebutuhannya, baik ransum dan air minum.
Masa brooding,
mungkin ada sebagian kita yang menganggap masa ini merupakan masa yang
sangat penting, namun bukan hal yang tidak mungkin ada pula yang
menganggapnya sebagai sesuatu yang biasa saja. Jawaban yang tepat
mengenai penting tidaknya masa ini akan kita temukan setelah kita
mengetahui secara jelas dan terperinci mengenai proses yang terjadi
dalam tubuh anak ayam selama masa brooding.
Masa brooding merupakan bagian dari fase starter,
masa permulaan bagi perkembangan dan pertumbuhan ayam. Ayam pada masa
ini akan mengalami pertumbuhan dengan sangat pesat dan mencakup semua
organ yang berperan bagi kehidupan dan produktivitas ayam.
Sel-sel
yang menyusun organ vital dalam tubuh ayam sebagian besar akan tumbuh
secara hyperplasia. Sel-sel tubuh akan bertambah jumlahnya dengan cara
melakukan pembelahan sel. Apabila pertumbuhan pada fase ini terganggu
maka dapat dipastikan sel-sel yang akan dihasilkan pun berkurang. Hal
ini akan berpengaruh pada pertumbuhan selanjutnya, yang berupa
pertumbuhan hypertropia,
dimana sel akan memperbesar ukurannya atau pendewasaan sel. Menjadi
suatu pemisalan adalah pada tahap awal pertumbuhan sel seharusnya 1 sel
bisa berkembang menjadi 8 sel, karena ada gangguan maka 1 sel hanya bisa
membelah diri menjadi 6 sel. Perbedaan ini akan mengakibatkan pada fase
pertumbuhan hypertropia, jumlah sel yang lebih sedikit akan menghasilkan organ yang lebih kecil dengan fungsi yang kurang optimal.
Organ
apa saja yang berkembang pada fase starter ? Hampir semua organ vital
dalam tubuh ayam mengalami perkembangan pada fase ini. Mulai dari organ
pencernaan, organ pernapasan, sistem kekebalan tubuh, kerangka tubuh
ayam (tulang) dan juga yang tidak kalah penting adalah organ reproduksi.
Pada ayam broiler, organ pencernaan akan berkembang pesat pada umur
2-14 hari dan enzim-enzim pencernaan mulai disekresikan dan berfungsi
secara optimal pada umur 4-21 hari. Organ pernapasan berkembang pesat
pada umur 4-14 hari, sedangkan sistem kekebalan tubuh berfungsi optimal
pada umur 7 hari.
Pertumbuhan
sel-sel dalam tubuh akan tercermin pada pertumbuhan berat badan. Pada
masa awal, pertumbuhan ayam berlangsung sangat cepat dengan feed conversion ratio
(FCR) yang sangat rendah. Hampir semua ransum yang terkonsumsi
dialokasikan untuk pertumbuhan. Hal ini terlihat dari tingkat FCR yang
mencapai 1,03-1,2 dengan pertumbuhan berat badan pada akhir minggu
pertama mencapai 4 kali (broiler) dan 2 kali (layer) dari berat badan awal (saat DOC). Sebuah proses pertumbuhan yang tidak dapat tercapai pada fase selanjutnya.
Serangkaian proses yang terjadi dalam tubuh ayam selama fase starter
begitu penting, sehingga perhatian dan penanganan secara intensif
selayaknya diterapkan pada fase ini. Kegagalan pada fase ini akan
mempersulit pencapaian produktivitas yang optimal pada fase berikutnya.
Ada Apa dengan Brooding ?
Kandang brooder
yang baik tidaklah harus mahal, tetapi dapat melindungi ayam dari
angin, hujan, perubahan suhu yang mendadak dan serangan hewan liar
(tikus, burung). Serangkaian sistem yang mendukung brooding antara lain brooder (pemanas), chick guard (sekat), tempat ransum dan minum, litter dan pencahayaan.
· Brooder
Ayam
termasuk hewan homeothermik yang harus mempertahankan suhu tubuhnya
tetap stabil meskipun terjadi perubahan suhu lingkungan. Perbedaan suhu
tubuh ayam dengan lingkungan akan mengganggu proses metabolisme dalam
tubuh ayam.
Anak
ayam belum mempunyai bulu yang sempurna sehingga mudah terpengaruh
dengan suhu lingkungan. Selain itu, sistem pengaturan panas dalam
tubuhnya belum berfungsi secara optimal. Secara alami anak ayam akan
masuk menyusup ke dalam sela-sela sayap induk untuk memperoleh
kehangatan. Berbeda dengan anak ayam yang diternakkan secara komersiil,
ayam memperoleh suhu yang nyaman dari brooder (pemanas).
Brooder yang baik sebaiknya mampu menghasilkan panas yang cukup, stabil dan terfokus. Indukan Gas Medion (IGM) merupakan contoh brooder yang baik karena selain memenuhi persyaratan tersebut, IGM juga lebih efisien, tidak mengeluarkan suara berisik, awet dan mempunyai garansi servis seumur hidup.
IGM memberikan kehangatan sesuai kebutuhan anak ayam
· Chick guard
Chick guard atau sekat berfungsi melindungi anak ayam dari terpaan angin, hewan liar dan membantu agar panas tetap terfokus. Chick guard biasanya terbuat dari seng dengan ketinggian 50-60 cm. Chick guard
dibentuk lingkaran atau ellips untuk menghindari penumpukan ayam pada
sudut kandang karena secara alamiah ayam senang berada di sudut kandang.
Kandang brooder dengan diameter 4,5 m mampu menampung 750-1.000 ekor.
Chick guard berbentuk ellips untuk meminimalkan penumpukan anak ayam di sudut kandang
· Tempat ransum dan minum
Tempat
ransum dan minum ayam harus disediakan sesuai dengan jumlah anak ayam.
Selain itu, distribusi tempat ransum sebaiknya merata sehingga minimal
2/3 dari ayam dapat makan dalam waktu bersamaan.
Nampan dan tempat ransum DOC spesial untuk DOC
Tempat
ransum yang digunakan biasanya dari potongan boks DOC yang di potong
dengan ketinggian 4 cm. Meskipun dapat dikatakan sebagai sebuah
efisiensi tetapi penggunaan boks DOC dapat menjadi pemicu serangan
penyakit yang terbawa dari perusahaan pembibitan (Breeder),
seperti colibacillosis dan pullorum. Selain itu, boks DOC lebih mudah
lembab apabila terkena feses ayam. Tempat ransum dan minum yang
digunakan sebaiknya di design khusus untuk anak ayam. Nampan Ransum DOC atau Tempat Ransum DOC menjadi pilihan yang tepat untuk menampung ransum dan air minum bagi ayam.
· Litter
Alas kandang atau litter
berfungsi menampung dan menyerap air dari feses sehingga feses cepat
kering. Selain itu, juga meminimalkan terjadinya lepuh dada dan menjaga
kehangatan kandang brooder.
Bahan litter sebaiknya mempunyai daya serap air yang baik. Contohnya sekam padi, serbuk gergaji, serutan kayu, jerami dll. Bahan litter yang digunakan sebaiknya tidak berjamur, dan tidak berdebu.
Sebelum digunakan, lakukan desinfeksi bahan litter dengan menggunakan Antisep, Neo Antisep, Formades, Sporades untuk meminimalkan kemungkinan penularan penyakit. Litter ditabur secara merata ke seluruh kandang dengan ketebalan 5-8 cm. Lakukan pembalikan litter setiap 3-4 hari sampai umur 14 hari dan setelah itu lakukan penambahan litter baru untuk mengurangi timbulnya amonia. Jangan membalik litter yang sudah menggumpal karena akan memicu naiknya kadar amonia dalam kandang.
· Pencahayaan
Pencahayaan
merupakan penstimulasi yang kuat untuk meningkatkan produktivitas ayam.
Adanya pencahayaan akan menstimulasi ayam untuk selalu mengkonsumsi
ransum. Selain itu, cahaya merangsang kelenjar tiroid untuk
mensekresikan hormon tiroksin yang berfungsi meningkatkan proses
metabolisme sehingga dapat memacu pertumbuhan anak ayam.
Kebutuhan pencahayaan pada fase ini adalah 10-20 lux atau 20-40 watt tiap 10 m2. Pencahayaan pertama kali diberikan selama 24 jam kemudian dikurangi secara bertahap sejalan dengan bertambahnya umur ayam.
Anak ayam akan mencapai pertumbuhan yang optimal apabila keadaan brooding mampu menciptakan suasana yang nyaman bagi ayam. Faktor-faktor yang perlu diperhatikan untuk mencapai kondisi tersebut adalah :
· Suhu dan kelembaban
Suhu
dan kelembaban pada masa brooding harus selalu diperhatikan. Kelengahan
kita yang menyebabkan penurunan maupun peningkatan suhu brooding dapat
menyebabkan ayam stres, hambatan pertumbuhan bahkan kematian.
Kontrol suhu brooding sebaiknya dilakukan secara periodik dan sesering mungkin. Pengontrolan suhu dapat dilakukan sekalian dengan pemberian ransum.
Pengukuran suhu brooding dapat dilakukan dengan menggunakan termometer yang diletakkan di dalam kandang brooder dengan ketinggian 20-30 cm dari litter.
Selain menggunakan termometer, keadaan suhu kandang digambarkan dengan
aktivitas dan penyebaran anak ayam. Suhu yang ideal akan menyebabkan
anak ayam beraktivitas secara normal dan ayam tersebar secara merata ke
seluruh kandang.
Sama
halnya dengan suhu kandang, kelembaban kandang juga akan berpengaruh
pada aktivitas ayam, bahkan dapat mempengaruhi kesehatan ayam.
Kelembaban kandang yang tinggi dapat diartikan kandungan air dalam udara
kandang tinggi, sehingga dapat memicu bakteri pengurai asam urat yang
terdapat dalam feses menghasilkan gas amonia lebih banyak. Selain itu,
kelembaban kandang yang tinggi juga akan memicu tumbuhnya jamur. Jamur
yang tumbuh akan menghasilkan senyawa beracun yang sering disebut
sebagai aflatoksin. Aflatoksin yang terkonsumsi oleh ayam dengan kadar
> 20 ppb dapat menyebabkan keracunan pada ayam dan melemahkan sistem
kekebalan tubuh ayam karena bersifat immunosupresif.
·
Kepadatan
Kepadatan
kandang akan mempengaruhi aktivitas ayam. Selain itu, dapat
meningkatkan persaingan antar ayam dalam mendapatkan oksigen.
Kepadatan
kandang yang berlebih dapat menghambat pertumbuhan anak ayam. Mengapa?
Kandang yang padat akan menurunkan ketersediaan oksigen. Selain itu,
feses yang dihasilkan pun akan lebih banyak sehingga amonia pun
meningkat. Oksigen yang berkurang dan amonia yang meningkat menjadi
“boomerang” bagi kesehatan ayam. Keadaan ini akan menyebabkan
metabolisme dalam tubuh terganggu dan akan memicu ayam terserang
penyakit pernapasan. Kepadatan yang berlebih juga akan menstimulasi
kanibalisme pada ayam.
Pengaturan kepadatan kandang brooder dilakukan dengan melebarkan chick guard. Pelebaran sebaiknya dilakukan seiring dengan pertambahan umur dan berat badan ayam. Pelebaran chick guard pada ayam broiler
dilakukan pada umur 3-4 hari, selanjutnya setiap 3-4 hari sekali dan
pada umur 14 hari ayam sudah menempati seluruh luasan kandang. Pada ayam
layer pelebaran kandang brooder hampir sama dengan broiler. Perbedaannya pada ayam layer chick guard dibuka total pada umur 21-35 hari. Bersamaan dengan pelebaran kandang brooder, juga harus diikuti dengan pengaturan letak pemanas dan distribusi tempat ransum dan minum
.
Kepadatan kandang brooder berpengaruh terhadap aktivitas anak ayam
· Sirkulasi udara
Ventilasi menjadi sarana sirkulasi udara dalam kandang brooder. Aliran udara akan mengurangi bau amonia, debu dan asap dari brooder dan memasukkan udara bersih ke dalam kandang brooder. Hal ini menyebabkan kualitas udara tetap baik sehingga ayam dapat tumbuh dengan baik.
Sering kali ditemukan kandang brooder yang tidak mempunyai ventilasi, dengan tujuan agar panas dari brooder
terfokus sehingga tidak banyak panas yang hilang. Di satu sisi hal ini
bertujuan baik, akan tetapi cara yang dilakukan kurang tepat. Kandang brooder yang ditutup tanpa ada lubang ventilasi akan menyebabkan kandungan O2 berkurang sedangkan gas beracun, seperti amonia, CO2 akan meningkat. Hal ini dapat mengganggu sistem pernapasan ayam.
Pengaturan
ventilasi kandang dapat dilakukan dengan pengaturan buka tutup tirai
kandang. Selain itu, dapat disediakan celah ventilasi pada dinding
kandang bagian atas dengan lebar 20-30 cm. Pembukaan tirai kandang
sebaiknya disesuaikan dengan kondisi lingkungan terutama dari suhu dan
kecepatan angin.
Buka tutup tirai dilakukan dari bagian atas ke bawah
Manajemen pada masa brooding
cenderung lebih rumit dan membutuhkan perhatian yang lebih intensif.
Kesalahan atau kelalaian pada masa ini akan mempersulit pemeliharaan
pada masa berikutnya dan kemungkinan besar akan mengalami banyak
kendala. Permasalahan pada masa brooding yang sering muncul antara lain :
· Suhu yang tidak stabil
Suhu kandang menjadi faktor utama dari kandang brooder.
Suhu kandang yang tidak nyaman, baik terlalu panas atau dingin akan
menyebabkan gangguan kesehatan dan pertumbuhan pada anak ayam.
Suhu yang dingin akan menyebabkan anak ayam bergerombol mendekati brooder
dan malas beraktivitas, termasuk makan dan minum. Secara fisiologis,
suhu yang dingin dapat menyebab penyempitan pembuluh darah paru-paru.
Adanya penyempitan pembuluh darah tersebut menyebabkan kerja paru-paru
terganggu. Hal in akan memicu hidrops ascites
(perut kembung). Penyempitan pembuluh darah paru-paru juga dapat
disebabkan oleh aliran angin yang kencang dan langsung mengenai tubuh
ayam.
Anak ayam yang mengalami hidrops ascites akibat suhu brooding yang dingin
Pencegahan kasus ini adalah melakukan kontrol suhu brooding secara teratur dan menghindari aliran udara langsung mengenai tubuh ayam, yaitu dengan cara membuat brooder guard dengan ketinggian 50-60 cm dan pengaturan tirai kandang.
Bukan
hanya suhu dingin yang dapat menghambat pertumbuhan ayam, melainkan
suhu yang terlalu panas juga menimbulkan efek yang sama. Pada suhu yang
panas ayam akan menjauhi brooder dan mencari tempat yang lebih dingin dengan aliran udara yang lebih banyak. Ayam juga akan melakukan panting (terengah-engah), meningkatkan konsumsi minum dan mengurangi konsumsi ransum.
Penurunan
konsumsi ransum akan menyebabkan asupan nutrisi dalam tubuh berkurang
sehingga dapat menghambat pertumbuhannya. Konsumsi minum yang meningkat
akan menyebabkan ayam mengeluarkan feses dengan konsistensi lebih encer.
Feses yang encer dapat menyebabkan litter lebih cepat lembab. Keadaan litter
yang basah dengan suhu lingkungan yang tinggi merupakan faktor utama
yang memicu meningkatnya kadar amonia dalam kandang ayam karena
aktivitas bakteri ureolitik meningkat. Pada suhu panas anak ayam akan
lebih mudah mengalami dehidrasi yang ditandai dengan kaki dan kulit
tubuh yang kering.
Menghilangkan faktor penyebab tingginya suhu brooding merupakan langkah pertama untuk mengatasi kasus tersebut. Selain itu, berikan Vita Stress untuk meminimalkan stres yang ditimbulkan.
· Hipoksia
Hipoksia merupakan kasus kekurangan oksigen. Oksigen
merupakan gas yang sangat dibutuhkan oleh ayam. Kekurangan oksigen akan
menyebabkan gangguan pada proses metabolisme dalam tumbuh ayam, bahkan
kematian. Kekurangan oksigen juga merupakan salah satu penyebab
terjadinya kasus hidrops ascites.
Hipoksia
merupakan kasus yang sering terjadi pada peternakan yang berlokasi di
daerah dataran tinggi dimana terjadi penurunan kadar oksigen dalam
udara. Kandang brooder dengan ventilasi (sirkulasi udara) yang jelek dan menggunakan pemanas yang menghasilkan gas CO2 dalam jumlah banyak juga menjadi pemicu kasus hipoksia.
Langkah terbaik pencegahan hipoksia adalah mengatur sirkulasi udara dalam kandang brooder
dengan membuat lubang ventilasi dan pengaturan buka tutup tirai. Selain
itu, jangan terlambat melakukan pelebaran kandang dan pengaturan
kepadatan ayam.
·
Keracunan
Brooder yang digunakan sebagai pemanas sering kali menghasilkan gas sisa pembakaran yang berupa gas karbondioksida (CO2) yang bersifat racun bagi ayam. Adanya gas tersebut dapat menyebabkan gangguan pernapasan. Selain CO2, gas amonia juga menjadi ancaman bagi sistem pernapasan ayam.
Aflatoksin, senyawa racun yang dihasilkan oleh jamur Aspergillus flavus yang sering terdapat pada ransum dan litter
yang lembab. Aflatoksin yang terkonsumsi akan menyebabkan efek
immunosupresif. Keracunan aflatoksin tidak dapat diobati sehingga
langkah pencegahan menjadi pilihan paling tepat.
Menjaga kelembaban litter
dan pengaturan sirkulasi udara menjadi langkah pencegahan yang baik.
Berikan ransum secara periodik, jangan dalam sekali waktu untuk
meminimalkan adanya ransum sisa yang dapat menimbulkan jamur.
·
Infeksi penyakit
Anak ayam belum mempunyai sistem pertahanan yang kokoh dan kondisi tubuhnya cenderung lemah. Gangguan pada masa brooding, seperti suhu yang tidak stabil, kelembaban tinggi dapat menyebabkan penyerapan kuning telur menjadi terhambat. Kuning
telur, selain berfungsi sebagai sumber nutrisi juga mengandung antibodi
maternal. Gangguan penyerapan kuning telur dapat menyebabkan antibodi
maternal tidak optimal sehingga akan mempermudah anak ayam terinfeksi
mikroorganisme patogen.
Penyakit yang sering muncul pada masa brooding antara lain pullorum, colibacillosis dan CRD. Pemberian Neo Meditril pada umur 1-3 hari berfungsi sebagai cleaning program untuk membasmi mikroorganisme penyakit yang telah menginfeksi ke dalam tubuh ayam. Selain itu, dapat juga diberikan Vita Chicks untuk meningkatkan kondisi tubuh ayam. Neo Meditril dan Vita Chicks boleh dicampur untuk diberikan bersama. Jangan memberikan Neo Meditril dan Vita Chicks secara berselang-seling, satu hari diberikan Neo Meditril dan hari berikutnya dengan Vita Chicks atau kebalikannya. Dan yang lebih penting adalah memperhatikan tata laksana brooding dengan baik, meliputi suhu, kelembaban, kepadatan kandang, kualitas dan kuantitas ransum serta frekuensi pemberiannya.
Masa brooding
merupakan salah satu periode kehidupan ayam yang menjadi pondasi awal
bagi kehidupan dan produktivitas ayam pada fase berikutnya. Keberhasilan
pada fase ini akan memudahkan peternak untuk memperoleh keuntungan yang
optimal. Sebaliknya, kegagalan pada fase ini akan menyebabkan potensi
genetik ayam tidak dapat muncul secara optimal.
Memperhatikan setiap faktor dari sistem brooding
menjadi syarat mutlak keberhasilan di fase ini. Suhu, kelembaban dan
kualitas udara harus diperhatikan untuk menghasilkan anak ayam yang
berkualitas. Langkah awal di masa starter menjadi penentu keberhasilan pada fase berikutnya. Semoga.
Stres Tuntas, DOC Makin Berkualitas
DOC
berkualitas adalah idaman setiap peternak karena DOC yang berkualitas
baik tentu akan menghasilkan ayam dewasa yang berkualitas lebih baik
juga. Oleh karena itu sebaiknya peternak tahu bagaimana cara mendapatkan DOC yang berkualitas.
Penanganan
faktor yang menurunkan kualitas DOC adalah salah satu kuncinya. Salah
satu faktor tersebut adalah stres. Faktor ini bisa timbul kapan saja
pada saat ayam merasa tidak nyaman. Oleh karena itu peternak patut
mengetahui apa saja yang menyebabkan stres pada DOC dan bagaimana
penanganannya.
Contoh DOC yang sehat
Sumber: dokumen Medion
Stres
Stres
diakibatkan oleh adanya gangguan baik dari luar maupun dari dalam tubuh
ayam. Adanya stres menandakan ayam sedang beradaptasi terhadap gangguan
tersebut. Oleh karena itu, semakin cepat adaptasi ayam semakin ringan
stres yang dialami. Secara fisiologis, stres terjadi ketika hormon
kortisol, yang dihasilkan pankreas, memobilisasi energi dari cadangan
energi di dalam tubuh menuju organ target yang sedang membutuh-kan.
Mobilisasi ini bisa disebabkan oleh adanya peradangan, peningkatan
denyut jantung dan frekuensi napas. Kesemuanya itu merupakan bagian dari
proses adaptasi yang terjadi pada DOC agar stres cepat terlewati.
Beberapa
kegiatan saat ayam berumur satu hari rentan menyebabkan stres. Oleh
karena itu, peternak selaku “orang tua asuh” dapat membantu menekan
stres DOC dengan mem-berikan kenyamanan yang dibutuhkan sehingga
mempercepat adaptasi DOC. Berikut adalah kegiatan-kegiatan yang
membutuhkan adaptasi DOC dan solusinya:
1. Transportasi dari breeder ke peternak
Faktor utama penyebab stres dalam kegiatan ini adalah jauhnya perjalanan. Peternak dapat mensiasati dengan melakukan beberapa hal yaitu:
- Lakukan perjalanan di sore hari sehingga DOC sampai di peternak saat malam. Suhu malam hari yang dingin akan mengurangi stres DOC.
- Usahakan DOC tiba di kandang paling lambat 6-10 jam setelah menetas dan segera dilakukan pembongkaran. Peternak dapat meletakkan boks dalam keadaan tutup terbuka di sekitar broodingbrooding agar mempercepat adaptasi DOC terhadap lingkungan baru.
2. Chick-in
Stres dapat dipengaruhi oleh tersedia tidaknya 5 faktor penting yaitu kualitas udara, air, nutrisi, suhu, dan cahaya. Terpenuhinya kelima faktor di atas akan mengurangi stres.
- Kualitas udara
Menggunakan
pemanas yang tidak meninggalkan debu adalah tindakan menjaga kualitas
udara yang bersih. Pemanas berbahan bakar gas seperti Indukan Gas Medion
(IGM) dapat menjadi pilihan bagi peternak karena tidak meninggalkan abu
dan asap sehingga dapat menjaga kualitas udara tetap bersih.
- Air
Sediakan
air minum ditambah gula (2-5%) saat chick in. Usahakan air minum
dihangatkan terlebih dahulu hingga bersuhu 20-24oC agar DOC tidak trauma
(cold shock) saat minum air. Jika terjadi maka DOC takut minum dan
akhirnya mati kehausan. Jumlah air gula dalam Tempat Minum Ayam (TMA)
disesuaikan dengan kebutuhan ayam. Satu TMA 1 galon dapat menampung 80 -
120 ekor DOC. Penambahan Strong n Fit 1 ml ke 2 liter air minum akan
melipatgandakan 6 kali lipat energi yang dihasilkan dibanding air gula
saja dan mempercepat penyerapan kuning telur.
- Nutrisi
Pemberian
nutrisi saat DOC berperan besar bagi pertumbuhan berikutnya karena 48
jam setelah menetas, vili usus meningkat 200% sehingga meningkatkan
kemampuan DOC menyerap nutrisi dari ransum dan air.
Ransum
dapat diberikan setiap 3 jam sekali setelah diperkirakan semua DOC
telah minum. Lalu lakukan pemeriksaan untuk menentukan DOC yang normal
dengan ciri kaki tidak kering dan hangat serta tembolok harus penuh dan
lunak.
Perkembangan
vili usus ayam yang diberikan ransum dan minum lebih cepat membesar
dibandingkan yang tidak A (ransum+air), B (ransum tanpa air), C (air
tanpa ransum), D (tanpa air tanpa ransum)
- Suhu
Suhu dipengaruhi kecepatan angin dan kelembaban udara. Suhu ideal bagi DOC adalah 33-35oC. Hal ini dikarenakan DOC belum mampu mengatur suhu tubuhnya dan sangat tergantung dengan suhu lingkungan.
Kelembaban yang baik adalah 60-70% agar litter tidak cepat basah dan menekan terjadinya omphalitis. Buat ventilasi yang baik agar masih terjadi pertukaran udara, uap air dan ammonia.
- Cahaya
Dua
fungsi penting cahaya bagi DOC ialah merangsang makan dan minum serta
menstimulasi dihasilkannya hormon pertumbuhan di tubuh ayam. DOC butuh
pencahayaan 24 jam yaitu 12 jam cahaya matahari dan 12 jam cahaya lampu
berkekuatan 15-20 lux. Tiap minggu, waktu pencahayaan dikurangi 2 jam.
3. Seleksi dan penghitungan DOC
DOC sangat rentan stres saat pemindahan dari boks ke brooding. Lakukan
pemindahan sesegera mungkin sehingga dapat meminimal-kan timbulnya
stres pada anak ayam. Perlakukan DOC dengan baik dan jangan melempar DOC
agar tidak stres dan proses seleksi lebih teliti.
Vaksinasi ND dan IB sekaligus saat DOC dipindahkan sebaiknya juga perlu memperhatikan faktor stres yang dialami DOC saat chick in agar antibodi dapat terbentuk optimal. Seleksilah DOC yang berkualitas rendah seperti:
- Tidak aktif dan lesu
Saat dipegang, DOC yang aktif akan memberikan perlawanan dan menciap-ciap. Ketika dilepaskan di brooding,
DOC yang aktif akan langsung berlarian menuju tempat minum. DOC yang
lesu disebabkan oleh penyakit dan kelaparan sehingga menjadi lesu dan
merunduk.
- Ada kelainan fisik
Contohnya adalah masih ditemukannya kantung kuning telur (yolk sac) di pusar DOC. Seharusnya pusar sudah menutup sempurna saat chick in. Pelihara DOC tersebut di kandang yang bersih dan kering serta terpisah dari DOC sehat agar tidak omphalitis dan sumber penularan penyakit untuk DOC yang lain.
Contoh pusar DOC yang sehat
- Bulu kotor, basah, dan tidak segar khususnya di dubur
Normalnya,
feses tidak akan mengotori bulu ayam. Jika kotor, curigai adanya diare.
Juga, DOC dengan bulu kusam dan berdiri sebaiknya diisolasi dan diberi Vita Chicks setiap hari (5g tiap 7 liter air minum) serta Proxan-C
1 ml tiap 2 liter air minum atau 0,1 ml tiap kg berat badan selama 3-5
hari. Pengamatan gejala klinis penyakit tetap dilakukan. CRD, pullorum
dan aspergillosis sering menyerang ayam berumur di bawah 7 minggu.
- Berat badan tidak seragam dan tidak sesuai standar (37-42 gram)
Pisahkan
DOC berbobot badan kecil dan besar agar memudahkan peternak dalam
menentukan besar konsumsi pakan DOC dan memantau produktivitas ayam
seperti FCR. Peternak sebaiknya memilih ayam yang telah dipotong paruh
di breeder agar mengurangi resiko kanibalisme dan meningkatkan efisiensi ransum.
Khusus untuk peternak broiler, lebih baik menggunakan DOC yang telah di-sexing
karena ayam jantan akan mengkonsumsi ransum lebih banyak daripada
betina. Jika dibiarkan maka keseragaman akan rendah dan performa kandang
menurun.
- Mata keruh dan tidak dapat membuka sempurna.
Keduanya
berpotensi menyebabkan kebutaan. Pemeriksaan kebutaan dapat dilakukan
dengan menganggu mata DOC atau dengan memperhatikan cara berjalan DOC
saat dilepaskan. DOC yang buta akan berjalan sempoyongan.
Stres teratasi, DOC lebih berkualitas sehingga potensi ayam dewasa pun akan muncul maksimal. Coba dan lihatlah hasilnya. Salam.
Berhasil atau Tidakkah Pemeliharaan Broiler Anda
Disadari atau tidak, sebuah peternakan ayam juga merupakan sebuah perusahaan. Terlepas
dari besar kecilnya populasi ayam yang dipelihara, peternakan pun harus
memiliki manajemen yang baik layaknya perusahaan.
Kata
manajemen sering didengar saat berbicara mengenai peternakan misalnya
manajemen pemeliharaan, manajemen pengobatan dan juga manajemen pakan.
Pemakaian kata tersebut dikarenakan manajemen merupakan kata yang tepat
untuk menggambarkan sistem pengelolaan peternakan. Dengan manajemen yang
baik, peternakan juga akan berjalan dengan baik.
Lingkup kecil seperti kandang broiler di atas pun membutuhkan manajemen yang baik agar keuntungan maksimal
(Sumber : huha.alteredego.co.nz)
Optimal
menjalankan fungsi-fungsi yang termasuk dalam manajemen adalah hal yang
harus dilakukan. Salah satu fungsi dalam manajemen ialah fungsi
evaluasi.
Evaluasi
didefinisikan sebagai proses pengawasan dan pengendalian performa
perusahaan untuk memastikan bahwa jalannya perusahaan telah sesuai
dengan rencana yang telah ditetapkan (id.wikipedia.org). Bagi peternak,
evaluasi sangat membantu dalam menemukan masalah yang ada yang
selanjutnya memperbaiki hal tersebut agar peternakan bisa berjalan lebih
optimal dibanding sebelumnya.
Indeks Performan (IP) sebagai Parameter Utama
Info Medion kali ini akan mengangkat peternakan broiler sebagai fokus. Hal ini dikarenakan peternakan broiler
memiliki waktu pemeliharaan singkat, cepatnya perputaran uang dan
banyak dimiliki oleh peternak baik dengan sistem kemitraan maupun
mandiri.
Evaluasi
pada peternakan juga membutuhkan sejumlah perangkat pengukuran yang
dinamakan parameter. Sebagai bahan perbandingan, parameter tersebut
dibandingkan dengan standar dari breeder.
Khusus peternakan broiler ada satu parameter utama yang sering dipergunakan untuk mengukur keberhasilan peternakan yaitu indeks performan (IP). Nilai IP digunakan untuk menentukan nilai insentif/ bonus bagi peternak (bagi kemitraan) maupun pekerja kandang. Berikut rumus indeks performan (IP) tersebut.
IP = (100 - D) x BB x 100
FCR x (A/U)
Keterangan :
IP : Indeks performan
D : persentase deplesi (%)
BB : bobot badan rata-rata saat panen (kg)
FCR : feed conversion ratio
A/U : umur rata-rata panen (hari)
Standar IP yang baik ialah di atas 300. Oleh karena itu, semakin tinggi nilai IP maka semakin berhasil suatu peternakan broiler tersebut. Menilik rumus IP di atas, untuk menghitung IP dibutuhkan empat parameter lain yaitu:
1. Bobot badan (BB) rata-rata
Rumus ini digunakan untuk mengukur berat badan baik saat kontrol berat badan maupun saat panen. Berikut rumus tersebut :
BB = Bobot timbang (kg)
Jumlah ayam (ekor)
Jumlah ayam (ekor)
Bandingkan hasil perhitungan di atas dengan data dari breeder.
Idealnya, bobot badan rata-rata kandang lebih besar atau sama dengan
standar. Jika bobot badan rata-rata lebih kecil dari standar lakukan
beberapa perbaikan misalnya dalam tata laksana pemberian pakan dan
pengaturan kepadatan kandang.
Penimbangan
berat badan dapat dilakukan secara rutin tiap minggu dan saat panen.
Penimbangan rutin tiap minggu dinamakan pula kontrol berat badan. Teknik
kontrol badan tersebut ialah mengambil sampel 50–100 ekor tiap kandang
secara merata di setiap bagian kandang. Kontrol berat badan merupakan
metode penimbangan individu yang berarti seekor ayam ditimbang untuk
berat badannya. Sebaiknya gunakan timbangan yang memiliki sensitivitas
lebih tinggi agar berat badan ayam perindividu dapat lebih teliti
diamati. Kegiatan ini dilakukan pada waktu yang sama tiap minggunya
misalnya Senin pagi ketika kondisi tembolok kosong.
Penimbangan
saat panen menggunakan metode penimbangan massal karena jumlah populasi
yang harus ditimbang banyak. Faktor efisiensi waktu dan tingkat stres
ayam menjadi hal yang penting. Secara teknis, penimbangan ayam bisa
berbeda misalnya ayam ditimbang sekaligus keranjangnya atau ada juga
yang mengikat ayamnya dahulu baru digantung. Ada dua model timbangan
yang dapat digunakan sesuai kebutuhan yaitu :
Model
timbangan ini paling sering digunakan untuk menimbang ayam karena
memiliki beberapa kelebihan antara lain lebih praktis, ringan dan mudah
dibawa. Lebih praktis karena bisa digunakan untuk menimbang berat badan
ayam langsung maupun menggunakan keranjang. Hanya saja, saat menimbang
ayam harus diikat kakinya terlebih dahulu agar memudahkan penggantungan
ayam.
Contoh timbangan gantung
(Sumber : Dok. Medion)
Timbangan
duduk cocok untuk mengurangi kematian dan meminimalisir resiko afkir
saat penimbangan akibat patah sayap atau kaki. Metodenya ialah timbang
keranjang dahulu untuk menentukan berat keranjang, baru kemudian
keranjang diisi dengan ayam.
Saat
panen, keranjang ayam diisi maksimal 15 ekor (atau tergantung besar
ayam dan kapasitas keranjang ayam). Tujuannya ialah menghindari kematian
akibat ayam berdesakan dalam keranjang.
2. Rasio konsumsi pakan terhadap peningkatan berat badan atau Feed Conversion Ratio (FCR)
Rumus menghitung FCR ialah :
FCR = Jumlah pakan yang dikonsumsi (kg)
Berat badan yang dihasilkan (kg)
Berat badan yang dihasilkan (kg)
Dengan
kata lain, FCR didefinisikan berapa jumlah kilogram pakan yang
dibutuhkan untuk menghasilkan satu kilogram berat badan. Idealnya satu
kilogram pakan dapat menghasilkan berat badan 1 kg atau bahkan lebih
(FCR ≤ 1). Sayangnya, kondisi tersebut tidak selalu terjadi. Pada broiler
biasanya target FCR = 1 maksimal dapat dicapai sebelum ayam berumur 2
minggu (FCR dua minggu ± 1,047-1,071. Setelahnya, FCR akan meningkat
sesuai umur ayam.
Breeder biasanya
sudah menyertakan standar FCR tiap minggu dalam buku panduannya agar
peternak bisa terus memantau FCR ayamnya tiap minggu. Nilai FCR yang
sama atau lebih kecil dibandingkan standar, menandakan terjadinya
efisiensi pakan yang didukung dengan tata laksana pemeliharaan yang
baik. Namun jika nilai FCR lebih besar dibandingkan standar maka
mengindikasikan terjadi pemborosan pakan sebagai akibat tidak
maksimalnya manfaat pakan terhadap pertambahan bobot badan ayam. Salah
satu faktor yang berperan penting menyebabkan hal ini ialah stres. Stres
direspon oleh tubuh dengan memobilisasi glukosa untuk diubah menjadi
energi dan digunakan untuk menekan stres itu sendiri. Akibatnya, hanya
sedikit energi yang diarahkan ke pertambahan bobot badan.
3. Rata-rata umur ayam saat panen (A/U)
Parameter
ini menghitung rata-rata umur ayam yang dipanen. Pemanenan yang
termasuk ke dalam parameter ini ialah pemanenan ayam sehat pada bobot
badan tertentu. Jadi, ayam afkir tidak masuk ke dalam perhitungan ini.
Misalnya ada permintaan 600 ekor ayam broiler berat 1 kg kepada peternak broiler
yang memiliki populasi 3.000 ekor. Sehingga peternak memutuskan memanen
600 ekor ayam yang sudah mencapai berat 1 kg sedang yang lainnya (2400
ekor,red) tidak. Rumus menghitung A/U ialah :
A/U = ∑(U x P)
total populasi terpanen
Keterangan :
U : umur ayam dipelihara
P : populasi ayam yang dipanen
4. Tingkat deplesi populasi
Deplesi populasi atau penyusutan jumlah ayam bisa berasal dari dua hal yaitu kematian dan afkir ayam (culling ayam). Rumus menghitung tingkat deplesi (D) ialah sebagai berikut :
D = Jumlah ayam mati + afkir x 100%
Populasi awal
atau bisa juga,
D = Populasi awal - jumlah ayam panen x 100%
Populasi awal
Kematian
ayam merupakan sesuatu yang tidak dapat dihindari baik karena sakit
atau faktor-faktor lain. Biasanya peternakan menetapkan batas maksimal
kematian yang dapat ditoleransi yaitu +5% semakin banyak ayam yang mati maka semakin besar kerugian peternak.
Keputusan pengafkiran ayam broiler biasanya karena sakit dan cacat yang ditinjau berdasarkan pertimbangan resiko dan ekonomis di bawah ini.
a) Pertimbangan resiko
Beberapa
hal yang dapat dijadikan pertimbangan resiko ialah potensi kesembuhan
ayam, seberapa parah penyakit ayam, seberapa besar resiko yang dihadapi
(kematian dan hambatan pertumbuhan,red) bila ayam lain tertular penyakit tersebut dan resiko kematian.
Ayam
yang masih mau makan dan minum serta mau bergerak tentu kemungkinan
sembuhnya lebih besar dibandingkan yang sudah tidak mau makan dan minum.
Hal serupa juga terjadi jika ayam terkena penyakit yang sulit
disembuhkan seperti ND terutama tipe saraf dan AI. Meskipun sembuh, ayam
yang sudah terinfeksi penyakit tersebut sulit kembali mencapai
produktivitas optimal. Belum lagi, resiko penularan penyakit dan kematian ayam tersebut jika tidak segera diafkir.
Pendeknya umur pemeliharaan broiler
adalah alasan utama mengapa pertimbangan ekonomis sangat penting. Salah
satu konsekuensi hal tersebut ialah kecenderungan keputusan afkir untuk
ayam yang sakit saat mendekati panen dibandingkan melakukan pengobatan.
Pertimbangan ekonomis utama ialah terkait dengan berkurangnya
keuntungan akibat pengeluaran biaya pengobatan dan pakan selama ayam
sakit. Contoh kasus ialah ayam broiler sakit colibacillosis umur 33 hari (panen +35
hari). Dianjurkan ayam tersebut dipanen daripada diobati. Alasannya
ialah berat badan ayam sudah hampir mencapai berat penjualan. Dengan
penambahan waktu pemeliharaan untuk pengobatan, terjadi penambahan biaya
untuk pengobatan dan pakan. Hal di atas belum termasuk resiko penurunan
berat badan dan juga kematian ayam.
Pengafkiran ayam perlu juga memperhatikan kondisi ayam yaitu apakah bisa menggapai tempat pakan atau tidak
(Sumber : huha.alteredego.co.nz)
Contoh Perhitungan
Sebuah peternakan ayam broiler komersial dengan hasil recording sebagai berikut:
Populasi awal : 5.000 ekor
Populasi akhir : 4.850 ekor
Umur panen : 28 hari
Berat panen total : 6.776,4 kg
Jumlah pakan total : 9.400 kg
Berat DOC : 40 g/ ekor
Ayam mati : 65 ekor
Ayam afkir : 85 ekor
Waktu panen
21 hari --> 520 ekor = 0,82 kg
28 hari --> 3.850 ekor = 1,4 kg
35 hari --> 480 ekor = 2 kg
maka perhitungannya ialah,
D = (65 + 85) ekor x 100%
5000 ekor
D = 3 %
(persentase deplesi maksimal = +5%)
Rata-rata BB ayam saat panen
= (480 x 2) + (520 x 0,82) + (3.850 x 1,4) kg
3.850 + 480 + 520 ekor
= 960 + 426,4 + 5.390 kg
4.850 ekor
= 6.776,4 kg
4.850 ekor
= 1,4 kg/ ekor ayam
FCR = 9.400 kg
6776,4 kg – (0.04 kg x 5000)
= 1,43
A/U = (21x520)+(28x3850)+(35x480)
(4850) ekor
= 27,94 hari
(waktu panen ayam di perhitungan ini ialah 28 hari)
IP = (100% - 3%) x 1,4 kg x 100
1,43 x 27,94 hari
= 339,89 (standar IP: ≥ 300)
Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan, dapat dikatakan bahwa peternakan tersebut telah berjalan dengan optimal. Kesimpulan tersebut diangkat berdasarkan beberapa hal di bawah ini:
1. Persen deplesi ayam di peternakan (3%) lebih rendah dibanding target maksimal deplesi yaitu +5%.
Hal ini disebabkan baiknya tata laksana pemeliharaan, pengobatan,
vaksinasi dan juga pakan yang berujung pada rendahnya persentase
deplesi.
2. Nilai
A/U (27,94 hari) yang berselisih 0,06 hari dengan umur panen ter-banyak
di umur 28 hari dikarenakan penjualan ayam sesuai BB berdasarkan
permintaan pasar yaitu pada BB 0,82 kg (520 ekor), 1,4 kg (3.850 ekor)
dan 2 kg (480 ekor). Peternak memutuskan untuk menyisakan sebagian ayam
untuk dipanen dengan BB 2 kg. Seperti diketahui, masing-masing BB ayam
memiliki pangsa pasar tersendiri. Misalnya, ayam BB 0,8-0,9 kg disukai
rumah makan dan pasar tradisional sedangkan BB di atas 1,5 kg disukai
industri mie instan dan kaldu ayam (www.ppti.usm.my).
3. Rata-rata
BB ayam saat tiga kali panen ialah 1,4 kg. BB panen umur 21 hari (0,82
kg), 28 hari (1,4 kg) dan 35 hari (2 kg) sedangkan standar BB breeder
untuk 21 hari ialah 0,801–0,885 kg, 28 hari (1,316–1,478 kg) dan 35 hari
(1,879–2,155 kg). Menilik
perbandingan di atas, ayam sudah memenuhi standar sejak umur panen 21
hari. Terpenuhinya standar ini sejak panen pertama (21 hari,red) memang patut diusahakan bahkan sejak masa brooding.
Lakukan kontrol BB rutin agar ayam yang BB tidak sesuai standar dapat
segera dipisahkan dan diberi perlakuan khusus yaitu penambahan jumlah
pakan 10% (maksimal +15 g) dan vitamin. Anda bisa mengkombinasikan pemberian vitamin sesuai umur pemeliharaan misalnya Vita Chicks dan Strong n Fit untuk umur 0-1 minggu, Broiler Vita untuk umur 1-3 minggu serta Neobro untuk di atas 3 minggu hingga panen.
4. Pencapaian
IP peternakan tersebut (339,89) sudah sangat baik karena melebihi
standar yaitu ≥300. Tingginya IP tersebut menandakan suatu peternakan
telah menerapkan sistem manajemen yang cukup efisien dan efektif.
Perhitungan Break Even Point (BEP)
Nilai
kualitas performan ayam ditunjukkan dari nilai IP sedangkan untuk nilai
rupiah tercermin dari nilai BEP harga. BEP harga digunakan untuk
menentukan tingkat harga jual agar mencapai titik impas (tidak untung
tidak rugi). Metode ini paling sering digunakan oleh peternak. Seperti
diketahui, bahwa harga ayam broiler
mengikuti harga pasar sehingga peternak sulit mengatur harga sendiri.
Dengan metode BEP harga tersebut, ketika harga jual ayam sudah melewati
nilai BEP harga peternak bisa menjualnya. Metode penghitungan BEP ialah
sebagai berikut.
BEP = (FCRxBBxP)+DOC+BOP+BVK
BB
Keterangan :
BB : berat badan rata-rata ayam
P : harga pakan per kg
DOC : harga DOC
BOP : biaya operasional
BV : biaya pengobatan (vaksin, antibotik, vitamin, desinfektan dsb)
Berikut
contoh perhitungan BEP yang mengambil data dari soal sebelumnya untuk
3850 ekor ayam yang dipanen pada umur 28 hari dengan tambahan data
berikut:
Jumlah ayam* : 4.000 ekor
Total konsumsi pakan* : 7.399,46 kg
Harga DOC : Rp. 3.000,-/ ekor
Harga pakan : Rp. 5.350,-/ kg
Biaya operasional pemeliharaan : Rp. 1.600/ ekor
Biaya pengobatan : Rp. 300/ ekor
Ket. * termasuk ayam mati dan afkir tapi tanpa ayam yang dipanen tidak pada umur 28 hari
FCR = 7330,4 kg
5390 kg – (0,04 kg x 4000)
= 1,41
(standar FCR umur 28 hari = 1,417 – 1,475)
BEP = ( 1,4 x 1,4 x 5350) + 3000 + 1600 + 300
1,4
= Rp. 11.043,5/ ekor
Seusai harga jual ayam di peternak per 11 Januari 2010 untuk wilayah Bandung (+ Rp. 10.400,-/kg untuk ayam ukuran <1,5 kg) maka :
HP = HK x BB
= Rp. 10.400 x 1,4 kg
= Rp. 14.560,- / ekor
Keterangan
HP : harga jual ayam di peternak per ekor
HK : harga jual ayam di peternak per kg
BB : berat badan rata-rata ayam
Jika
nilai BEP lebih rendah dari harga jual ayam, maka peternak untung.
Namun jika sebaliknya, peternak rugi. Jadi laba atau rugi dihitung
berdasarkan selisih harga penjualan ayam dikurangi BEP.
Laba = HP – BEP
= 14.560 – 11.043,5
= Rp. 3.516,5/ ekor ayam
Berdasarkan perhitungan di atas, untuk setiap ekor ayam yang dipanen peternak mendapatkan keuntungan sebesar Rp. 3.516,5.
Sistem Pencatatan
Sistem
pencatatan yang baik akan memberikan gambaran kondisi peternakan yang
riil. Sebaiknya sistem tersebut melibatkan peran seluruh pegawai dalam
peternakan tersebut.
Komponen utama sistem pencatatan ialah tabel pencatatan (recording)
yang berisi kesemua parameter di atas. Secara teknis, membuat suatu
tabel pencatatan tidaklah sulit. Pertama-tama buat format tabel recording data harian kandang broiler untuk masing-masing kandang, seperti yang terlihat pada gambar contoh recording
data harian kandang di bawah ini. Lalu komunikasikan dengan segenap
karyawan di kandang Anda agar selalu mengisi data tersebut.
Contoh recording data harian kandang untuk broiler
(Sumber : Dok. Medion)
Pengisian data tersebut bisa dilakukan saat pegawai kandang memberi makan ayam di pagi atau sore hari. Selanjutnya data harian kandang tersebut dicatat ulang oleh manajer kandang dalam buku catatan harian kandang.
Tahap
selanjutnya ialah mengolah data kandang tersebut menjadi diagram garis
atau batang. Hal ini akan memudahkan penerjemahan data tersebut. Akan
lebih baik jika hasil rekapitulasi data tersebut dibandingkan dengan
data standar dari breeder.
Sesuai
fungsi evaluasi dalam manajemen, parameter-parameter di atas pun
ditujukan untuk mengawasi dan mengendalikan untuk memastikan jalannya
peternakan telah berjalan sesuai perencanaan awal. Semoga Anda bisa
mengoptimalkannya untuk keberhasilan peternakan broiler Anda. Semoga berhasil.
Contoh alur sistem pencatatan di suatu peternakan broiler
gan postingkan rekording ternak ruminansia dong
BalasHapusthnks infonya
BalasHapussusah ternyata ya
BalasHapusDatanya bajakan yaa
BalasHapus