Rabu, 19 Juni 2013

LAPORAN ILMU TERNAK RUMINANSIA

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Hewan ruminansia termasuk dalam sub ordo ruminansia dan ordonya adalah artiodaktil atau berkuku belah. Hewan ruminansia memiliki empat lambung, yaitu: rumen, retikulum, omasum, abomasum. Selain itu hewan ruminansia juga memakan makanan yang telah dicerna atau biasa disebut memamah biak (Sarwodo, 1993).
Ternak terdapat beberapa jenis, diantaranya ternak ruminansia dan ternak non ruminansia. Ruminan terjadi pada hewan pemamah biak, Pengeluaran kembali makanan yang telah tercerna sebagian yang disebut cad, keluar dari rumen yang mengunyahnya untuk kedua kalinya disebut juga cudding. Hewan ruminansia adalah hewan pemakan hijauan atau herbivora yang memiliki lambung dengan beberapa ruangan. (Melly, 2011).
B.     Tujuan
Adapun tujuan dilakukannya praktikum ini adalah dapat  mengidentifikasikan sistem pencernaan ternak ruminansia (sapi dan kambing) dan menjelaskan fungsinya.
C.    Kegunaan
Adapun kegunaan praktikum ini adalah untuk membantu mahasiswa(i) memahami sistem pencernaan ternak ruminansia serta membedakan kelompok sistem pencernaan.
BAB II
TINJUAN PUSTAKA
A.    Gambaran Umum Ternak Sapi
Sapi ternak adalah hewan ternak anggota familia Bovidae dan subfamilia Bovidanae. Sapi dipelihara terutama untuk dimanfaatkan susu dan dagingnya sebagai bahan pangan. Hasil sampingannya seperti kulit, jeroan, dan tanduknya juga kemudian dimanfaatkan. Di sejumlah tempat, sapi juga dipakai untuk membantu bercocok tanam, seperti menarik gerobak atau bajak (Dudee, 2009).
Sapi adalah hewan pemamah biak , yang berarti mempunyai sistem pencernaan yang memungkinkan penggunaan makanan jika dicerna sebanyak dua kali  kemudian dicerna khusus oleh  mikroorganisme dalam rumen. Mikroba ini terutama bertanggung jawab untuk medenkomposisi selulosa dan karbohidrat menjadi asam lemak volatile ternak yang digunakan sebagai bahan bakar metabolisme utama mereka (Biologigonz, 2010).
Mikroba dalam rumen juga mampu mensintesis asam amino dari non protein nitrogen sumber, seperti urea dan amoniak. Seperti mikroba mereproduksi dalam rumen, generasi tua mati dan sel-sel mereka melanjutkan melalui saluran pencernaan. Sel-sel ini kemudian sebagian dicerna oleh ternak, yang memungkinkan mereka untuk mendapatkan sumber protein berkualitas tinggi. Fitur-fitur ini memungkinkan ternak untuk berkembang pada rumput dan vegetasi lainnya (Bali, 2011).
Sapi memiliki satu perut dengan empat kompartemen, yaitu rumenretikulumomasum dan abomasum, dengan rumen menjadi kompartemen terbesar. Retikulum kompartemen terkecil, yang dikenal sebagai "sarang lebah". Sapi kadang mengkonsumsi benda logam yang disimpan dalam retikulum dan iritasi dari benda logam penyebab penyakit hardware. Fungsi utama omasum adalah untuk menyerap air dan nutrisi dari pakan dicerna. Omasum dikenal sebagai "lapisan banyak". Abomasum adalah seperti perut manusia, inilah mengapa dikenal sebagai "Perut sejati” (Happyfafet, 2011).
Ternak merupakan makhluk ciptaan Allah Swt, yang akan dimanfaatkan oleh manusia sebagai bahan makanan, berupa sumber protein hewani yang akan bermanfaat bagi tubuh manusia. Hal ini sesuai dengan Firman Allah SWT (Q.S An-Nahl ayat 66) yang berbunyi:
وَإِنَّ لَكُمْ فِي الْأَنْعَامِ لَعِبْرَةً ۖ نُسْقِيكُمْ مِمَّا فِي بُطُونِهِ مِنْ وَدَمٍ لَبَنًا خَالِصًا سَائِغًا لِلشَّارِبِينَ بَيْنِ فَرْثٍ
Terjemahnya:
Dan sesungguhnya pada binatang ternak itu benar-benar terdapat pelajaran bagi kamu. Kami memberimu minum dari pada apa yang berada dalam perutnya (berupa) susu yang bersih antara tahi dan darah, yang mudah ditelan bagi orang-orang yang meminumnya (QS. An- Nahl ayat 66).
Pada ayat diatas telah memberikan gambaran dan penjelasan kepada kita mengenai fungsi ternak yaitu dimana binatang tenak dapat memberi manfaat sebagai minuman dari susu yang dihasilkan dari ternak tersebut.
B.     Sistem Pencernaan Ternak Sapi
Hewan memamah biak  (Ruminansia) adalah hewan herbivora murni, contohnya sapi, kerbau dan kambing. Disebut hewan memamah biak karena memamah atau mengunyah makanannya sebanyak dua fase. Pertama saat makanan tersebut masuk ke mulut,  makanan tersebut tidak dikunyah hingga halus dan terus ditelan, selang beberapa waktu makanan tersebut dikeluarkan kembali ke mulut untuk dikunyah sampai halus (Dudee, 2009).
Ternak ruminansia merupakan ternak yang efisien dalam pemanfaatan pakan. Ruminansia mampu memanfaatkan pakan dengan kualitas rendah dan kandungan serat kasar tinggi. Disamping itu mampu membuat protein sendiri didalam tubuh yang dihasilkan dari sumber pakan (Blakely, 1991).
Hewan memamah biak mempunyai makanan berupa rumput atau tumbuhan. Hewan memamah biak mempunyai sistem pencernaan dengan struktur khusus yang berbeda dengan hewan karnivora dan omnivora (Melly, 2011).
Menurut (Biologigonz, 2010) Saluran pencernaan hewan memamah biak terdiri atas organ-organ pencernaan sebagai berikut :
1.      Rongga Mulut (Cavum Oris)
Gigi yang terdapat dalam rongga mulut berbeda dengan mamalia lain dalam hal berikut:
a.       Gigi seri (insisivus) mempunyai bentuk yang sesuai untuk menjepit makanan berupa tumbuh-tumbuhan seperti rumput.
b.      Gigi taring (caninus) tidak berkembang.
c.       Gigi geraham belakang (molare) berbentuk datar dan lebar. Makanan yang direnggut dengan bantuan lidah secara cepat dikunyah dan dicampur dengan air liur dalam mulut, kemudian ditelan masuk ke dalam lambung melalui esofagus.
2.      Kerongkongan (Esofagus)
Esofagus merupakan saluran penghubung antara rongga mulut dengan lambung. Di sini tidak terjadi proses pencernaan. Esofagus pada sapi sangat pendek dan lebar, serta lebih mampu membesar (berdilatasi). Esofagus berdinding tipis dan panjangnya bervariasi, diperkirakan sekitar lima cm.
3.      Lambung
Lambung mempunyai peranan penting untuk menyimpan makanan sementara yang akan dikunyah kembali (kedua kali). Selain itu, pada lambung juga terjadi proses pembusukan dan peragian. Dalam lambung ruminansia terbagi menjadi empat yaitu rumen, reticulum, omasum dan abomasums. Ukuran ruangan tersebut bervariasi sesuai dengan umur dan makanan alamiahnya. Kapasitas rumen 80%, retikulum 5%, omasum 7–8%, dan abomasum 7–8%.
Mula-mula makanan masuk ke dalam rumen. Makanan yang masuk ke lambung ini telah bercampur dengan ludah yang bersifat alkali sehingga memberi suasana basa dengan pH ± 8,5. Proses pencernaan ruminansia tergolong unik karena melibatkan bagian yang tidak dimiliki hewan lain selain ruminansia yaitu rumen. Fungsi rumen itu sendiri adalah sebagai penampung sementara makanan setelah ditelan hewan. Setelah rumen cukup terisi makanan, sapi beristirahat. Di dalam rumen terdapat populasi bakteri dan protozoa. Mikroorganisme tersebut menghasilkan enzim yang menguraikan polisakarida, misalnya enzim hidrolase, amilase, oligosakharase, glikosidase dan enzim selulase yang berfungsi untuk menguraikan selulosa. Selain itu juga terdapat enzim yang menguraikan protein, yaitu enzim proteolitik dan enzim pencerna lemak (Happyfeet, 2011).
Setelah melewati rumen, maka siklus makanan tersebut akan melanjut ke retikulum. Pada retikulum inilah makanan dibentuk menjadi gumpalan yang masih kasar. Setelah jadi gumpalan ternyata yang terjadi bukan langsung melanjut ke bagian berikutnya, tapi dimuntahkan dulu ke mulut untuk dikunyah lagi. Setelah terjadi proses pengunyahan yang kedua kalinya itu, maka makanan akan melanjut ke retikulum. Setelah melewati proses tersebut, siklus makanan melanjut lagi menuju omasum. Di dalam omasum terdapat kelenjar yang memproduksi enzim yang akan bercampur dengan bolus, makanan dijadikan lebih halus lagi di omasum. Kadar air dari gumpalan makanan dikurangi (terjadi absorpsi air), Di dalam abomasum makanan dicernakan lagi dengan bantuan enzim dan asam klorida. Abomasum merupakan perut yang sebenarnya, karena di sini terjadi pencernaan sebenarnya secara kimiawi oleh enzim-enzim pencernaan. Enzim yang dikeluarkan oleh dinding abomasum sama dengan yang terdapat pada lambung mamalia lain. Misalnya enzim pepsin merombak protein menjadi asam amino (Happyfeet, 2011).
4.      Usus Halus
Usus pada sapi sangat panjang, usus halusnya bisa mencapai 4 m. Hal ini dipengaruhi oleh makanannya yang sebagian besar terdiri dari serat (selulosa) enzim selulase yang dihasilkan oleh bakteri ini tidak hanya berfungsi untuk mencerna selulosa menjadi asam lemak, tetapi juga dapat menghasilkan bio gas yang berupa CH4 yang dapat digunakan sebagai sumber energi alternatif.
5.      Sekum
Sekum pada ruminansia lebih besar dibandingkan dengan sekum karnivora. Hal ini disebabkan karena makanan hewan pemakan tumbuhan bervolume besar dan proses pencernaannya berat, sedangkan pada karnivora volume makanannya kecil dan percernaan berlangsung dengan cepat. Materi pakan yang masuk ke dalam sekum selanjutnya dicerna lagi oleh sekelompok mikroorganisme yang ada didalamnya.
6.      Usus Besar
Pada usus besar terjadi penyerapan kembali oleh sekelompok mikroorganisme dari hasil penyerapan di dalam usus halus dan di dalam usus besar terjadi proses penyerapan air.
7.      Anus
Anus pada ternak ruminansia sama kegunaannya dengan anus pada manusia yaitu tempat pembuangan sisa makanan berupa ampas.
C.    Gambaran Umum Ternak Kambing
Kambing merupakan binatang memamah biak yang berukuran sedang. Ternak kambing (Capra aegagrus hircus) adalah sub spesies kambing liar yang secara alami tersebar di Asia Barat Daya (daerah "bulan sabit yang subur" dan Turki) Eropa. Kambing liar jantan maupun betina memiliki tanduk sepasang, namun tanduk pada kambing jantan lebih besar (Sarwono, 1993).
Umumnya kambing mempunyai jenggotdahi cembungekor agak ke atas dan kebanyakan berbulu lurus dan kasar. Panjang tubuh kambing liar tidak termasuk ekor  adalah 1,3 m-1,4 m, sedangkan ekornya 12 cm-15 cm. Bobot yang betina 50 kg-55 kg, sedangkan yang jantan bisa mencapai 120 kg. Kambing liar tersebar dari Spanyol ke arah timur sampai India dan dari India ke utara sampai Mongolia dan Siberia. Habitat yang disukainya adalah daerah pegunungan yang berbatu-batu (Bali, 2011).
Tidak seperti halnya hewan mamalia yang lain, kambing mempunyai kebiasaan makan feses yang sudah dikeluarkan.  Sifat ini disebut coprophagy, keadaan ini sangat umum terjadi pada kambing dan hal ini terjadi berdasar pada konstruksi saluran pencernaannya.  Sifat coprophagy biasanya terjadi pada malam atau pagi hari berikutnya.  Feses yang berwarna hijau muda dan konsistensi lembek itu dimakan lagi oleh kambing.  Feses yang dikeluarkan pada siang hari dan telah berwarna coklat serta mengeras, tidak dimakan.  Hal ini memungkinkan kambing itu  memanfaatkan secara penuh pencernaan bakteri di saluran bagian bawah, yaitu mengkonversi protein asal hijauan menjadi protein bakteri yang berkualitas tinggi, mensintesis vitamin B dan memecahkan selulose atau serat menjadi energi yang berguna,  jadi sifat coprophagy sebenarnya memang menguntungkan bagi proses pencernaan (Sarwono, 1993).
Walaupun memiliki caecum yang besar, kambing ternyata tidak mampu mencerna bahan-bahan organik dan serat kasar dari hijauan sebanyak yang dapat dicerna oleh ternak ruminansia murni. Daya cerna kambing dalam mengonsumsi hijauan daun mungkin hanya 10%. Di alam, kambing liar dapat memenuhi kebutuhannya sendiri dengan jenis pakan yang di kehendaki. Jumlah pakan minimal dan ragam pakan dapat terpenuhi sehingga terjadi keseimbangan dalam pertumbuhan, kesehatan dan perkembangbiakannya. Kalau kebutuhan itu tidak tercapai, dengan sendirinya kambing berangsur-angsur gugur menghadapi seleksi alam (Dudee. 2009).
Untuk kambing yang diternak dan hidupnya terbatas di sekeliling kandang. Kelangsungan hidupnya sangat ditentukan oleh perhatian dan perawatan dari peternak. Jenis,  jumlah  dan mutu pakan yang diberikan sangat menentukan pertumbuhan, kesehatan dan perkembangbiakannya (Blakely, 1991).
D.    Sistem Pencernaan  Ternak Kambing
Ternak kambing berbeda dengan ternak mamalia lainnya karena mempunyai lambung sejati yaitu abomasum dan lambung depan yang membesar yang mempunyai tiga ruangan yaitu reticulum, rumen, dan omasum ( Blakely, 1991).
Rumen dan reticulum sering dipandang sebagai organ tunggal disebut sebagai retikulorumen yang merupakan tempat terjadinya pencernaan fermentative. Retikulum ini mendorong pakan padat dan ingesta ke dalam rumen dan mengalirkan ingesta kedalam omasum. Retikulum membantu ruminasi dimana bolus diregurgitasikan ke dalam mulut. Ingesta yang telah halus didorong ke dalam rumen untuk dicerna lebih lanjut oleh mikroba. Mikroorganisme yang terdapat dalam rumen adalah bakteri, protozoa dan fungi ( Biologigonz, 2010 ).
Omasum merupakan bagian ketiga lambung ternak kambing yang menghubungkan retikulorumen dan abomasums. Abomasum merupakan bagian keempat yang disebut juga perut sejati. Dengan demikian ternak ruminansia dapat memanfaatkan pakan berserat kasar tinggi serta mampu mengolahnya menjadi produk dengan nilai biologis tinggi ( Blakely, 1991 ).
Sebagian besar bahan pakan mengandung campuran nutrient yang terdiri atas protein, lemak, karbohidrat, mineral, vitamin dan air. Zat–zat gizi organik ini terdapat dalam bentuk yang tidak larut sehingga harus dipecah menjadi senyawa–senyawa kecil sebelum mereka dapat masuk melalui dinding saluran pencernaan untuk kemudian diedarkan kedalam darah atau saluran limfe. Berdasarkan perubahan yang terjadi pada bahan pakan di dalam alat pencernaan, proses pencernaan ternak ruminansia dapat dibagi menjadi tiga, yaitu pencernaan mekanik, hidrolik dan  fermentative. Proses pencernaan fermentative inilah yang merupakan proses khas yang terjadi dalam saluran pencernaan ruminansia yang membedakannya dengan proses pencernaan pada non ruminansia (Sarwono, 1993).
Pencernaan adalah proses perubahan senyawa–senyawa tertentu menjadi senyawa lain yang sama sekali berbeda dengan molekul zat makanannya. Proses pencernaan berupa fermentasi yang terjadi sebelum usus halus pada ternak ruminansia mendatangkan keuntungan dan kerugian Keuntungan yang diperoleh dengan terjadinya fermentasi sebelum usus halus antara lain produk fermentasi mudah diserap usus, dapat mencerna selulosa dan  dapat menggunakan non–protein nitrogen seperti urea. Kerugian yang dialami antara lain banyak energi yang terbuang sebagai gas methan dan panas, protein bernilai hayati tinggi mengalami degradasi menjadi NH3 (amonia) sehingga terjadi penurunan nilai protein, ternak ruminansia peka terhadap ketosis atau keracunan asam (Frandson, 199).
Proses pencernaan fermentative ini tidak lepas dari peranan mikroba rumen. Mikroba rumen akan mencerna karbohidrat, protein, dan lemak menjadi asam lemak atsiri VFA (Volaltyl Fatty Acid), NH3 (amonia), gas karbondioksida (CO2) dan gas methan (CH4). Amonia digunakan untuk membangun sel mikroba, VFA (Volatyl Fatty Acid)  akan diserap langsung dalam rumen dan retrikulum untuk dimanfaatkan oleh ternak sebagai sumber energy, gas methan dan oksigen dikeluarkan melalui proses eruktasi ( Blakely, 1991 ).
BAB III
METODE PRAKTIKUM
A.    Waktu dan Tempat
Adapun waktu dan tempat dilaksanakan praktikum ini adalah sebagai berikut:
Hari/Tanggal         : Sabtu, 8 Desember 2012
Pukul                     : 09.00 wita-sampai selesai
Tempat                  : Laboratorium Ilmu Peternakan Fakultas Sains dan
                                Teknologi Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar
B.     Alat dan Bahan
1.      Alat
Adapun alat yang digunakan pada praktikum ini adalah cutter, gunting, label, lap kasar, lifebuoy, meteran, pentul, sunlight dan tissue.
2.      Bahan
Adapun bahan yang digunakan pada praktikum ini yaitu organ dalam pencernaan ternak ruminansia (sapi dan kambing)
C.    Prosedur Kerja
Adapun prosedur kerja dari praktikum ini adalah sebagai berikut:
Pencernaan Sapi dan Kambing
a.       Menyediakan saluran pencernaan sapi dan kambing mulai dari esophagus sampai anus pada meja praktikum.
b.      Memberikan label yang ditusuk pentul pada bagian organ pencernaan.
c.       Memperhatikan alat-alat pencernaan tersebut hingga kita bisa mengetahui alat-alat pencernaan pada sapi dan kambing tersebut.
d.      Memperhatikan bagian-bagian saluran pencernaan tersebut secara kronologis mulai dari esophagus sampai ke anus.
e.       Mengetahui fungsi dari setiap organ pencernaan.
f.       Mengukur setiap organ pencernaan dan mencatat hasilnya pada tabel pengamatan yang telah tersedia.

BAB IV
PEMBAHASAN
A.    Hasil Pengamatan
1.      Sistem Pencernaan Ternak Sapi
a.       Gambar asli:
b.      Gambar Literatur:
Tabel Hasil Pengukuran Organ Pencernaan Ternak Sapi, Bentuk Pakan dan Fungsinya.
No
Organ Pencernaan
Ukuran (cm)
Bentuk pakan
Fungsi
1.
Oesofagus
49 cm
Berbentuk pecahan-pecahan kecil/bolus
berfungsi sebagai jalan makanan menuju perut besar atau lambung.
2.
Rumen
61 cm
Berbentuk serat-serat kasar.
                     fermentasi untuk mencernakan selulosa dengan bantuan
                            bakteri selulotik.
Sebagai tempat utama proses pencernaan yang berlangsung secara fermentatif. Tempat fermentasi oleh mikroba rumen.
3.
Reticulum
27 cm
Bentuk pakan sudah mulai lembek
Membantu proses ruminasi bolus, sebagai penahan partikel pakan pada saat regurgitasi rumen.
4.
Omasum
47 cm
Berbentuk bubur
Membantu proses menggiling partikel makanan, menyerap air bersama-sama natrium .
5.
Abomasum
41 cm
Masih berbentuk bubur
Untuk mencegah digesta yang ada di abomasum kembali ke omasum, tempat permulaan pencernaan enzimatis (perut sejati) → pencernaan protein, mengatur arus digesta dari abomasum ke duodenum.
6.
Usus halus
1910 cm
Bentuk pakan sudah lembut,
Sebagai pencernaan enzimatis dan absorpsi, terjadi proses penyerapan sari-sari makanan.
7.
Usus Besar
318 cm
Bentuk pakan agak padat karena disini mengalami absorpsi air.
   
Sebagai tempat absorbsi air. sisa-sisa makanan yang tidak diserap dikirim ke usus besar. Setelah mengalami penyerapan air, sisa makanan berupa ampas dikeluarkan melalui anus.
Sumber: Laboratorium Ilmu Peternakan Fakultas Sains dan Teknologi     Universitas Islam Negeri Makassar
2.      Sistem Pencernaan Ternak Kambing
a.       Gambar Asli:
b.      Gambar literature:
Tabel Hasil Pengukuran Organ Pencernaan Ternak Kambing, Bentuk Pakan Dan Fungsinya.
No.
Organ pencernaan
Ukuran (cm)
Bentuk pakan
Fungsi
1.
Oesofagus
33 cm
Berbentuk pecahan pecahan kecil
                                
berfungsi sebagai jalan makanan menuju perut besar atau lambung
2.
Rumen
30 cm
Berbentuk serat-serat kasar,
Sebagai tempat utama proses pencernaan yang berlangsung secara fermentatif. Tempat fermentasi oleh mikroba rumen,
3.
Retikulum
15 cm
Bentuk pakan sudah mulai lembek,                     
Membantu proses ruminasi bolus, sebagai penahan partikel pakan pada regurgitasi rumen,.
4.
Omasum
13 cm
Pakan sudah lembut seperti bubur
Membantu proses menggiling partikel makanan, menyerap air bersama-sama natrium
5.
Abomasum
30 cm
Berbentuk bubur karena disini dicerna secara  kimiawi
Untuk mencegah digesta yang ada di abomasum kembali ke omasum, tempat permulaan pencernaan enzimatis  → pencernaan protein, mengatur arus digesta dari abomasum ke duodenum
7.
Usus halus
1750 cm
Bentuk pakan sudah lembut
Sebagai pencernaan enzimatis dan absorpsi, terjadi proses penyerapan sari-sari makanan
6.
Sekum
21 cm
Bentuk pakan agak padat ..
Sebagai fermentasi oleh mikroba. Pencernaan selulosa
8.
Usus besar
250 cm
Bentuk pakan agak padat karena disini mengalami absorpsi air
Sebagai tempat absorbsi air.
           Sumber: Laboratorium Ilmu Peternakan Fakultas Sains dan Teknologi     Universitas Islam Negeri Makassar
B.     Pembahasan
1.      Sistem Pencernaan Ternak sapi
Berdasarkan hasil pengamatan diatas dapat diketahui, bahwa  saluran pencernaan pada sapi adalah esophagus dengan ukuran 49 cm, rumen 61 cm, reticulum 27 cm, omasum 47 cm, abomasum 41 cm, usus halus 1910 cm dan usus besar 318 cm. Hal ini tidak sesuai dengan pernyataan Blakely (1991) mungkin disebabkan karena organ-organ tersebut sudah diawetkan sehingga mengalami pengerutan, umur ternak yang masih muda, penyambungan organ-organ pencernaan  tersebut sudah ada yang putus, bangsa sapi yang berbeda-beda serta kurang ketelitian pada saat proses pengukuran.   
Esophagus pada sapi berupa saluran kecil yang menghubungkan antara mulut dengan lambung. Esophagus berfungsi sebagai jalan makanan menuju perut besar atau lambung.
Rumen pada sapi  merupakan tempat utama proses pencernaan yang berlangsung secara fermentatif. Tempat fermentasi oleh mikroba rumen, absorbsi  VFA (Volatyl Fatty Acid) dan amonia, lokasi mixing, menyimpan bahan makanan. Pakan berbentuk serat-serat kasar, disini juga terjadi proses fermentasi untuk mencernakan selulosa dengan bantuan bakteri selulotik.
Retikulum pada sapi yang membantu proses ruminasi bolus, sebagai penahan partikel pakan pada saat regurgitasi rumen, tempat fermentasi, membantu proses ruminasi, mengatur arus ingesta ke omasum, absorpsi hasil fermentasi dan tempat berkumpulnya benda-benda asing. Pakan berbentuk sudah mulai lembek, karena sebelumnya sudah terjadi pencernaan kimiawi dan fermentasi di rumen.
Omasum pada ternak sapi yang membantu proses menggiling partikel makanan, menyerap air bersama-sama natrium dan kalium, juga menyerap VFA (Volatyl Fatty Acid).  Sifat menyerap air pada omasum diduga berfungsi untuk mencegah turunnya pH. Omasum juga berfungsi sebagai filtering, fermentasi dan absorpsi. Pakan sudah lembut seperti bubur dan terbentuk gelembung-gelembung gas pada pakan.
Abomasum pada sapi berfungsi untuk mencegah digesta yang ada di abomasum kembali ke omasum, tempat permulaan pencernaan enzimatis (perut sejati) → pencernaan protein, mengatur arus digesta dari abomasum ke duodenum. Berbentuk bubur karena disini makanan dicerna secara   mekanik dan kimiawi.
Usus halus yang dimiliki sapi berfungsi sebagai pencernaan enzimatis dan absorpsi, terjadi proses penyerapan sari-sari makanan. Bentuk pakan sudah lembut, dan nutrisi siap diserap oleh  pembuluh darah.
Usus besar berfungsi sebagai tempat absorbsi air. sisa-sisa makanan yang tidak diserap dikirim ke usus besar. Setelah mengalami penyerapan air, sisa makanan berupa ampas dikeluarkan melalui anus. Bentuk pakan agak padat karena disini mengalami absorpsi air. Kemudia terakhir adalah anus yaitu sabagai tempat jalann keluarnya feses.
2.      Sistem Pencernaan Ternak Kambing
Berdasarkan hasil pengamatan diatas dapat diketahui bahwa  saluran pencernaan pada kambing adalah esophagus dengan ukuran 33 cm, rumen 30 cm, reticulum 15 cm, omasum 13 cm, abomasums 30 cm, usus halus 1750 cm, sekum 21 cm, dan usus besar 250 cm. Hal ini tidak sesuai dengan ukuran yang sebenarnya  mungkin disebabkan karena organ-organ tersebut sudah diawetkan sehingga mengalami pengerutan, karena umur ternak yang masih muda, penyambungan organ organ pencernaan  tersebut sudah ada yang putus, bangsa ternak yang berbeda-beda serta kurang ketelitian pada saat proses pengukuran. Esophagus pada kambing berupa saluran kecil yang menghubungkan antara mulut dengan lambung. Esophagus berfungsi sebagai jalan makanan menuju perut besar atau lambung.
Rumen pada kambing merupakan tempat utama proses pencernaan yang berlangsung secara fermentatif. Tempat fermentasi oleh mikroba rumen, absorbsi  VFA (Volatyl Fatty Acid) dan amonia, lokasi mixing, menyimpan bahan makanan. Pakan berbentuk serat-serat kasar, disini juga terjadi proses fermentasi untuk mencernakan selulosa dengan bantuan bakteri selulotik.
Retikulum pada kambing membantu proses ruminasi bolus, sebagai penahan partikel pakan pada saat regurgitasi rumen, tempat fermentasi, membantu proses ruminasi, mengatur arus ingesta ke omasum, absorpsi hasil fermentasi dan tempat berkumpulnya benda-benda asing. Pakan berbentuk sudah mulai lembek, karena sebelumnya sudah terjadi pencernaan kimiawi dan fermentasi di rumen.
Omasum pada ternak kambing membantu proses menggiling partikel makanan, menyerap air bersama-sama natrium dan kalium, juga menyerap VFA (Volatyl Fatty Acid).  Sifat menyerap air pada omasum diduga berfungsi untuk mencegah turunnya pH. Omasum juga berfungsi sebagai filtering, fermentasi dan absorpsi. Pakan sudah lembut seperti bubur dan terbentuk gelembung-gelembung gas pada pakan.
Abomasum pada kambing berfungsi untuk mencegah digesta yang ada di abomasum kembali ke omasum, tempat permulaan pencernaan enzimatis (perut sejati) → pencernaan protein, mengatur arus digesta dari abomasum ke duodenum. Berbentuk bubur karena disini makanan dicerna secara   mekanik dan kimiawi.
Usus halus yang dimiliki kambing berfungsi sebagai pencernaan enzimatis dan absorpsi, terjadi proses penyerapan sari-sari makanan. Bentuk pakan sudah lembut, dan nutrisi siap diserap oleh  pembuluh darah.
Usus buntu pada kambing berfungsi fermentasi oleh mikroba. Pencernaan selulosa menjadi glukosa dan proses fermentasi atau pembusukan yang dilaksanakan oleh bakteri.
Usus besar memiliki berfungsi sebagai tempat absorbsi air. sisa-sisa makanan yang tidak diserap dikirim ke usus besar. Setelah mengalami penyerapan air, sisa makanan berupa ampas dikeluarkan melalui anus. Bentuk pakan agak padat karena disini mengalami absorpsi air. Kemudian terakhir adalah anus yaitu sabagai tempat jalann keluarnya feses.

BAB V
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari praktikum ini adalah Ruminansia memilliki sistem pencernaan yang terdiri atas esophagus, lambung, dan juga usus. Lambung pada ruminansia terdiri dari 4 bagian. Hal inilah yang unik pada ruminansia dan tidak dimiliki oleh hewan lainnya. Ada rumen, retikulum, omasum dan abomasum. Ukuran dapat bervariasi sesuai dengan jenis, umur dan juga faktor makanan ruminansia.
B.     Saran
Adapun saran pada praktikum ini adalah sebaiknya organ-organ yang digunakan pada percobaan ini harus menggunakan semua organ yang baru, supaya praktikan dapat mengidentifikasi sistem pencernaan dengan baik dan benar tanpa terganggu dengan bau formalin yang menyengat.

DAFTAR PUSTAKA
Bali. Saluran Pencernaan Kambing. http://bali-baliqu.blogspot.com/2011/09/salu ran-pencernaan-kambing.html. 2011. Diakses tanggal 12 Desember 2012.
Biologigonz. Pencernaan Ruminansia. http:// biologigonz. blogspot. com/2010 /01/pencernaan-ruminansia. html. 2010. Diakses tanggal 12 Desember 2012.
Blakely, James and David H. Bade. Ilmu Peternakan edisi IV. Yogyakarta: Gadjah Mada      University Press. 1991.
Dodee. Pencernaan Ruminansia. http://dodee88. wordpress.com/2009/01/03/67/. 2009. Diakses pada tanggal 12 Desember 2012.
Frandson. Anatomi dan Fisiologi Ternak. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. 1992.
Happyfapet. Dasar Nutrisi dan Sistem Pencernaan. http://happyfapet. blogspot. com/2011/12/dasar-nutris-dan-sistem-pencernaan.html. 2011 Diakses pada tanggal 12 Desember 2012.
Melly, Hatulhasanah. Perbedaan Hewan Ruminansia dan Non Ruminansia. http://mellyhatulhasanah.blogspot.com/2011/11/perbedaan-hewan-ruminansia-dan-non.html. 2011.  Diakses pada tanggal 12 Desember 2012.
Sarwono, B. Beternak Kambing Unggul. Yogyakart: Penebar Swadaya. 1993.
Tillman. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Yogyakarta: Gajah Mada University Press. 1991.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar