Rabu, 19 Juni 2013

Pemeliharaan Domba



BAB 1. PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Domba merupakan salah satu jenis ternak penghasil daging yang cukup potensial untuk dikembangkan karena domba mudah beradaptasi dan perkembangbiakannya cepat dimana seekor domba dapat beranak 3 kali dalam 2 tahun dan sekali kelahiran dapat menghasilkan 2-3 ekor anak. Di Indonesia ternak domba sebagian besar dipelihara oleh para peternak rakyat di pedesaan dimana pemeliiharaannya masih dilakukan secara tradisional. Pemeliharaan secara tradisional yang hanya diberi pakan rumput lapang saja hanya dapat memenuhi kebutuhan hidup pokok saja dengan pertambahan bobot badan yang relatif rendah 2-8 gram/ekor/hari. Selain itu ternak sangat rentan terhadap serangan penyakit yang berakibat pada rendahnya produktivitas ternak.
Upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan produktivitas ternak domba ialah dengan memberikan pakan yang cukup untuk hidup pokok dan produksi dan menjaga ternak selalu dalam kondisi sehat, dimana ternak yang sehat dapat menunjukkan performans yang baik. Salah satu performans atau penampilan domba ialah konsumsi pakan, pertambahan bobot badan dan konversi pakan.
1.3 Tujuan dan Manfaat
1.3.1 Tujuan
1.      Meningkatkan performans dan produktivitas ternak domba.
2.      Meningkatkan keuntungan dalam usaha pemeliharaan domba.
1.3.2 Manfaat
Memberikan informasi kepada peternak tentang penggemukan domba
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Domba
            Menurut Kartadisastra (1997), semua domba memilki beberapa karakteristik yang sama kedudukannya dalam sistematika hewan yaitu:
            Filum               : Chordate
            Sub filum        : Vertebrata
            Marga              : Gnatostomata
            Kelas               : Mammalia
            Bangsa                        : Plecentalia
            Suku                : Ungulata
Ordo                : Artiodactyla
Family             : Bovidae
Genus              : Ovis
Spesies            : Ovis aries
            Domba adalah hewan herbivora dan digolongkan sebagai hewan ruminansia (memiliki rumen). Rumen adalah alat pencernaan yang khas pada ruminansia, yang terdiri dari 4 bagian, yaitu rumen, reticulum, omasum,dan abomasum. Ruminansia tidak terlalu tergantung pada kadar zat-zat gizi pakan yang di konsumsinya, karena proses-proses dalam rumen mampu menghasilkan zat-zat gizi yang mudah diserap tubuh. Tingkat pertumbuhan domba jantan cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan domba betina. Yang perlu di perhatikan dalam usaha penggemukan domba adalah waktu, karena secara teoritis, waktu yang dibutuhkan dalam program penggemukan domba tidak boleh lebih dari 120 hari atau 4 bulan (Sodiq dan Zainal, 2002).

2.3 Penampilan Domba

            Salah satu parameter yang dapat yang dapat diukur untuk menentukan produktivitas ternak domba terutama untuk usaha penggemukan yaitu: konsumsi pakan, pertambahan bobot badan dan konversi pakan (Kukuh, 2010).
2.3.1 Konsumsi Pakan
Menurut Parakkasi (1999) konsumsi pakan adalah jumlah pakan yang dikonsumsi oleh hewan apabila bahan pakan tersebut diberikan secara ad libitum. Jumlah konsumsi pakan merupakan faktor penentu paling penting yang menentukan jumlah nutrien yang didapat oleh ternak dan berpengaruh terhadap tingkat produksi. Ditambahkan oleh Arora (1995) bahwa jumlah konsumsi pakan merupakan salah satu indikator terbaik dari produksi ternak.
Anggorodi, (1994) menyatakan bahwa beberapa faktor yang mempengaruhi konsumsi ransum yaitu umur, bobot badan, tipe, tingkat produksi, jenis pakan dan faktor lingkungan. Semakin tinggi tingkat produksi dari seekor ternak, makin meningkat konsumsi ransumnya. Konsumsi ransum akan meningkat sejalan dengan kualitas ransum yang diberikan, semakin tinggi kualitas ransum akan semakin meningkat ransum yang digunakan sehingga menyebabkan semakin tinggi keefisienan penggunaan ransum.
2.3.2 Pertambahan Bobot Badan
Kartadisastra (1997) menyatakan bahwa pertambahan bobot badan ternak berbanding lurus dengan tingkat konsumsinya. Makin tinggi tingkat konsumsinya, akan semakin tinggi bobot tubuhnya.
Pertumbuhan umumnya dinyatakan dengan pengukuran kenaikan bobot badan melalui penimbangan berulang-ulang, yaitu setiap hari, setiap minggu atau setiap waktu lainnya (Tillman et al., 1991). Penimbangan ternak pada setiap jangka waktu tertentu misalnya setiap minggu atau setiap bulan akan dapat mengetahui besarnya pertambahan bobot badan ternak. Pertambahan bobot badan ternak tersebut dapat digunakan untuk mengontrol kecepatan pertumbuhan (Kamal, 1994).
Pertambahan bobot badan pada umumnya mengalami tiga tingkat kecepatan yang berbeda-beda, yang pertama pertumbuhan tulang, diikuti dengan pertumbuhan otot dan yang terakhir adalah pertumbuhan jaringan lemak (Anggorodi, 1994)
2.3.3 Konversi pakan
Martawidjaja (1998) mengemukakan bahwa konversi pakan merupakan jumlah unit pakan yang dikonsumsi oleh ternak dibagi dengan unit pertambahan bobot hidupnya per satuan waktu berdasarkan bahan kering (BK). Tillman et al. (1991) menambahkan, konversi pakan mencerminkan kebutuhan pakan yang diperlukan untuk menghasilkan pertambahan berat badan dalam satu-satuan yang sama.
            Efisiensi penggunaan pakan dapat ditentukan dari konversi pakan, yaitu jumlah pakan yang dikonsumsi untuk mencapai pertambahan satu kilogram bobot badan. Konsumsi pakan atau ransum yang diukur adalah bahan kering sehingga efisiensi penggunaan pakan atau ransum dapat ditentukan berdasarkan  konsumsi bahan kering pakan (Siregar, 2008).
            Martawidjaja (1998), menyatakan bahwa kualitas pakan menentukan konversi pakan. Pakan yang berkualitas baik dapat menghasilkan pertambahan bobot badan yang tinggi. Penggunaan pakan akan semakin efisien bila jumlah pakan yang dikonsumsi minimal namun menghasilkan pertambahan bobot badan yang tinggi.


BAB 3. METODOLOGI

3.1  Alat dan Bahan
3.2.1        Alat
1.        Peralatan yang di gunakan adalah  :
2.        Kandang koloni
3.        Tempat pakan
4.        Tempat minum
5.        Timbangan duduk,
 Bahan
1.        Domba 6 ekor
2.        PCF  60 %
3.        Hijauan 40 %
 

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
4.1.2 Pertambahan Bobot Badan
Berdasarkan hasil pengamatan diperoleh data pertambahan bobot badan mingguan dan Bobot badan akhir  dan BB akhir domba dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. BB Domba Selama Pemeliharaan.
no
minggu 1
minggu 2
minggu 3
minggu 4
minggu 6
1
25
16.45
15.9
16
11
2
8.4
7.7
24
10.6
20
3
13.6
10
8
15.8
16.5
4
15
14
14.55
26
10.5
5
16
13.5
18.8
19.1
11.5
6
16.8
23.1
24
18.6
26.5
 ∑
94.8
84.75
105.25
106.1
96
4.3 Pembahasan
Konsumsi pakan merupakan parameter yang diukur berdasarkan jumlah pakan yang terkonsumsi atau dimakan oleh domba dalam kurun waktu 24 jam (Kukuh, 2010).
Pada kegiatan ini pakan yang digunakan terdiri dari rumput dan PCF sebagai pakan penguat yang memiliki nilai palatabilitas yang cukup tinggi., konsumsi pada penggemukan domba ini juga banyak dipengaruhi oleh beberapa hal antara lain kesehatan ternak, jenis ransum, umur potong hijauan dan juga kondisi lingkungan. Hal ini juga didukung oleh Siregar (2005) yang menyatakan  keterbatasan ini dipengaruhi oleh banyak faktor yang mencakup ternak itu sendiri, keadaan ransum dan faktor luar lainnya seperti suhu udara yang tinggi dan kelembapan udara yang rendah. Selain itu rendahnya konsumsi pakan pada kegiatan ini diduga karena domba masih belum adaptasi dengan PCF yang semulanya prosentase antara hijauan 80% dan PCF 20% pada saat pelaksanaan hijauan 40% dan PCF 60% kondisi ini membuat domba tidak mau makan karena kurangnya adaptasi lingkungan, sehingga berdampak pada penurunan berat badan. Terkadang konsentrat yang kita berikan masih ada karena tadi peletabilitas dan adaptasi domba yang belum maksimal maka apa yang terjadi domba tidak mau makan, dan pola makan / yang memberikan pakan pada domba adalah pihak dari UPT pola pemberian pakan yang sebenarnya adalah memberikan konsentrat terlebih dahulu selang kurang lebih 1 jam kemudian diberikan hijauan hal ini sistem pencernaan domba akan bekerja secara maksimal karna didukung oleh bakteri dalam rumen yang membantu dalam pencernaan. Dalam pemberian pakan harus diatur pula jam untuk memberikan pakan yang tepat dalam 1 hari diberikan dengan frekuensi 3 x sehari hal ini lebih baik dari pada pemberian 2 x sehari. Pada pemberian pakan di duga tidak ditimbang, maka kebutuhan nutrient domba belum bisa mencukupi  dan hasilnya kurang maksimal.
Konsumsi pakan merupakan salah satu indikator terbaik dari produksi ternak karena konsumsi pakan adalah faktor yang menentukan jumlah nutrient yang didapat oleh ternak dan berperan terhadap pertambahan bobot badan yang akan dihasilkan oleh domba. Menurut Parakkasi (1999) bahwa tingkat konsumsi pakan sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain: kondisi ternak (bobot badan, umur, jenis kelamin dan kesehatan), palatabilitas, kualitas dan tingkat kecernaan pakan. Pakan yang memiliki kualitas baik, tingkat konsumsinya lebih tinggi dibandingkan dengan pakan berkualitas rendah.
4.3.2 Pertambahan Bobot Badan (PBB)
Pertumbuhan umumnya dinyatakan dengan pengukuran kenaikan bobot badan dengan penimbangan secara reguler dan berulang-ulang (Tilman et al., 1991). PBB dipengaruhi oleh konsumsi pakan, jika konsumsi pakan baik maka PBB juga akan baik. Selain dipengaruhi oleh konsumsi pakan PBB juga dipengaruhi oleh kandungan nutrisi yang terkandung dalam pakan. Dari hasil kegiatan ini deperoleh  pertambahan bobot badan yang secara total
No
Hari
Total
1
minggu 1
94.8
2
minggu 2
84.75
3
minggu 3
105.25
4
minggu 4
106.1
5
minggu 6
96
Rendahnya pertambahan bobot badan harian yang dihasilkan oleh domba diduga karena rendahnya konsumsi pakan domba,  dimana  konsumsi BK pakan yang rendah mempengaruhi konsumsi protein yang masuk dalam tubuh domba dan digunakan untuk pertumbuhan domba. Hal ini sesuai dengan Sodiq dan Zainal (2002), yang menyatakan bahwa kandungan nutrisi pada pakan akan digunakan untuk pertumbuhan dan produksi daging.
            PBB yang terjadi adalah bb awal dan bb akhir tidak terjadi peningktan yang secara signifikan hanya miningkat 1,2 kag dari 6 ekor domba hal ini di duga karena pola makan yang diberikan, kemudian pakan/ ransum, timbangan dan waktu penimbangan. Timbangan yang di gunakan adalh timbangan duduk, pada saat itu sering eror untuk menyeimbangkan sulit bisa kita duga bahwasannya timbangan yang kita gunakan sudah tidak layak untuk dipakai, performans domba dilihat ada sebuah peningktan akan tetapi BB pada saat kita timbang turun, waktu penimbangan harus stagnan menyesuaikan pada penimbangan awal agar tidak terjadi ketimpangan data yang diperoleh.
Kartadisastra (1997) menyatakan bahwa PBB ternak berbanding lurus dengan tingkat konsumsinya. Semakin tinggi tingkat konsumsinya, akan semakin tinggi bobot badannya.. Menurut  Djajanegara (1986), konsumsi pakan yang terlalu sedikit dari kebutuhan hidup pokok akan menyebabkan ternak kehilangan bobot badan. Tomaszewska et al (1993) menambahkan bahwa laju pertambahan bobot badan dipengaruhi oleh umur, lingkungan dan genetik. Selain itu pertambahan bobot badan pada umumnya mengalami tiga tingkat kecepatan yang berbeda-beda, yang pertama pertumbihan tulang, diikuti dengan pertumbuhan otot dan yang terakhir adalah pertumbuhan jaringan lemak (Anggorodi, 1994). 
BAB 5. KESIMPULAN
          Dari hasil praktikum dapat disumpulkan bahwasannya konsumsi pada penggemukan domba  banyak dipengaruhi oleh beberapa hal antara lain kesehatan ternak, jenis ransum, umur potong hijauan kondisi lingkungan, frekuensi pemberian pakan, penimbangan. keterbatasan ini dipengaruhi oleh banyak faktor yang mencakup ternak itu sendiri, keadaan ransum dan faktor luar lainnya seperti suhu udara yang tinggi dan kelembapan udara yang rendah.

1 komentar: