Rabu, 19 Juni 2013

PENYULUHAN Peternakan Ayam Broiler

KEADAAN UMUM
1.1              Kondisi Wilayah
Peternakan ayam broiler yang terletak di Dusun Mangli Desa Pagertoya Kecamatan Limbangan Kabupaten Kendal, Jawa Tengah. Gambaran umum secara Administratif kecamatan Limbangan. Kecamatan Limbangan merupakan wilayah perdesaan  yang terdiri dari  16 Desa,  meliputi  64 Dusun/dukuh, dengan jumlah penduduk 4.484 jiwa dan kepadatan penduduknya adalah 479 orang/km2. Kondisi geografis kecamatan limbangan memiliki ketinggian dari permukaan air laut 426 m dpl dan sebagian besar berfungsi sebagai lahan konservasi, memiliki batas-batas wilayah :
Sebelah utara                    : Kecamatan Boja
Sebelah selatan                 : Kecamatan Temanggung
Sebelah barat                    : Kecamatan Singorojo
Sebelah timur                    : Kabupaten Semarang
Berdasarkan catatan pada tahun 2008 jumlah banyaknya curah hujan di kecamatan limbangan berjumlah 3,199 mm dengan rata-rata 267 mm dan pada tahun 2009 berjumlah 3,813 mm dengan rata-rata 318 mm (BPS Kabupaten Kendal, 2012). Kabupaten Kendal bagian selatan yang merupakan daerah pegunungan dan dataran tinggi, kondisi iklim di daerah tersebut cenderung lebih sejuk dengan suhu rata-rata 25°C (Wikipedia, 2012).
1.2              Keadaan sosial ekonomi
Kondisi sosial ekonomi kecamatan Limbangan Kabupaten Kendal dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 1. Data Pendidikan Warga Kecamatan Limbangan.
Pendidikan
Jumlah
Tidak sekolah
1324 orang
Tamat SD
1879 orang
Tamat SLTP
  885 orang
Tamat SLTA
  322 orang
Tamat Perguruan Tinggi
    74 orang
Sumber : BPS Kabupaten Kendal (2012).
Tabel 2. Data Mata Pencaharian Warga Kecamatan Limbangan.
Pendidikan
Jumlah
Petani
1889 orang
Buruh Tani
1802 orang
Pertukangan
 216 orang
Pensiunan
   52 orang
Jasa
 108 orang
Swasta
 199 orang
Perdagangan
   81 orang
PNS/TNI/POLRI
 137 orang
Sumber : BPS Kabupaten Kendal (2012).
Masyarakat di dusun Mangli sebagian besar bermata pencaharian dibidang agribisnis yaitu sektor pertanian dan sektor peternakan. Hal ini dikarenakan kondisi wilayah yang strategis untuk dijadikan lahan pertanian dan peternakan. Meskipun demikian ada juga masyarakat yang beternak sebagai usaha sampingan. Mayoritas pendidikan peternak di dusun Mangli merupakan tamatan SD. Dengan adanya peternak rakyat yang cukup banyak sehingga di bentuk Kemitraan untuk mempermudah peternak dalam memelihara ternak dan memanajemen peternakan. Terbentuknya kemitraan tersebut dapat membantu dan mempermudah peternak untuk lebih mengetahui informasi tentang dunia peternakan sehingga dapat meningkatkan pendapatan peternak. 
1.3              Kondisi peternakan
Berdasarkan observasi lapangan dari beberapa peternakan ayam broiler di dusun Mangli yang telah dikunjungi diperoleh data bahwa jumlah ternak di peternakan milik Bapak Suparman sebanyak 13.000 ekor, peternakan milik Bapak Andi Susetyo sebanyak 7.000 ekor, peternakan milik Bapak Yasir sebanyak 12.000 ekor, peternakan milik Bapak Kusro sebanyak 6.000 ekor dan peternakan saudara Riyadi sebanyak 3.000 ekor. Peternakan di dusun Mangli memiliki ternak rata-rata sebanyak 7.000 ekor untuk setiap peternak. Kondisi peternakan di daerah tersebut hampir sama karena wilayah tersebut merupakan wilayah pengembangan kemitraan peternakan ayam broiler. Setiap peternak yang ada di daerah tersebut dibimbing oleh perusahaan kemitraan masing-masing sesuai dengan prosedur pelaksanaan budidaya ayam broiler. Kandang yang digunakan merupakan kandang panggung dengan dinding setengah, lantai yang digunakan berupa lantai kayu dengan rongga sekitar 2 cm untuk memudahkan kotoran ayam jatuh ke tanah dan mempermudah sanitasi. Kandang tersebut berada di tengah area persawahan jauh dari pemukiman penduduk namun dekat dengan sumber air yang melimpah, kondisi cuaca disekitar kandang tidak panas karena dusun Mangli termasuk daerah dataran tinggi.
1.4              Potensi sumber daya alam
   Kondisi wilayah sekitar peternakan ayam broiler sangat berpoternsi menghasilkan sumber daya alam yang dibutuhkan bagi kelangsungan usaha peternakan seperti ketersediaan air yang cukup melimpah untuk memenuhi kebutuhan ternak, akses transportasi yang mudah dijangkau dan lahan yang masih luas untuk pembangunan peternakan serta suhu wilayah limbangan yang menddukung adanya peternakan di derah tersebut. Menurut Fadillah et al., (2005), temperatur yang ideal untuk ayam broiler adalah 23-260C. Kecamatan Limbangan memiliki lahan kosong yang cukup luas, sehingga sangat baik untuk mendirikan usaha peternakan sebab ternak dapat terhindar dari stress akibat lingkungan yang berakibat dapat mengganggu produktivitasnya.
BAB II
PERUMUSAN MASALAH
2.1              Identifikasi masalah
            Berdasarkan observasi lapangan di lima Peternakan yang kunjungi bahwa masalah yang dihadapi oleh para peternak ayam broiler yang kami kunjungi di dusun Mangli adalah penyakit yang disebabkan oleh  bakteri Escherichia coli. Hal tersebut menyebabkan kerugian yang besar bagi peternak karena menyebabkan kematian. Menurut Wibowo dan Wahyuni (2008), Escherichia coli merupakan salah satu spesies bakteri yang tergolong dalam genus Escherichia dan familia Enterobacteriaceae. Penyakit yang disebabkan oleh bakteri Escherichia coli disebut kolibasilosis, bakteri ini menyebar melalui peredaran darah sehingga dapat menyebabkan kerusakan pada berbagai organ, seperti perihepatitis,, pericarditis, airsakulitis, mesenteritis, ooforitis, salpingitis, arthritis, panopthomitis dan koligranuloma. Ditambahkan oleh pendapat Tabbu (2000) bahwa kolibasilosis umumnya dianggap sebagai penyebab berbagai masalah kesehatan unggas. Bakteri Escherichia coli (E. coli) biasanya terdapat dalam jaringan atau saluran pernapasan ayam yang sakit. Infeksi oleh E. coli dianggap sebagai infeksi sekunder terhadap penyakit menular atau tidak menular sehingga sebagai bagian yang memperumit suatu penyakit. E. coli bisa juga sebagai infeksi primer. Kejadian kolibasilosis belakangan ini pemunculannya sangat menonjol pada ayam pedaging, terutama yang berumur muda, antara 1 – 2 minggu. Angka kematian bisa mencapai 10%.
2.2              Penetapan masalah
Kolibasilosis merupakan penyakit pernapasan yang sering terjadi terutama pada ayam broiler. Penyakit ini menyerang pada saluran pernapasan melalui udara dan debu. Bakteri penyebab penyakit tersebut adalah Escherichia coli, yang dapat menyebabkan kematian mencapai 7% - 10%. Menurut Ardi Winangun alumnus FKH UGM dalam Majalah Infovet (2009) yang menyatakan bahwa penyakit  kasus Escherichia coli pada ayam broiler ditemui pada umur 6-10 minggu, yang dapat menyebabkan gangguan pernafasan disertai bersin, anemia, dan kekurusan yang berakhir pada kematian. Menurut Mullin dan Edward (2004), menyebutkan bahwa infeksi kolibasilosis biasanya terjadi baik melalui peroral atau inhalasi, lewat membran sel/yolk/tali pusat, air, muntahan, dengan masa inkubasi 3-5 hari. Dari beberapa penelitian, sumber infeksi E. Coli pada unggas didapat dari hasil isolasi bakteri pada jantung dan hati baik pada unggas yang sakit maupun yang mati.
BAB III
PEMECAHAN MASALAH
3.1                Materi Penyuluhan
Materi yang disajikan seyogyanya dapat menjawab, mencairkan atau menyelesaikan apa yang dibutuhkan peternak sesuai kondisi dan kesempatan saat itu. Tentunya dapat berupa materi yang bisa langsung dipraktikkan dan mengemukakan kaitannya dengan teori yang mendasari sesuai idealnya anjuran yang diharapkan, dimana kondisi di lapangan terjadi, sebut saja pembudidayaan rumput laut yang menguntungkan, pemeliharaan ayam buras semi intensif, teknis pemangkasan jambu mete, dan lain-lain, uraikan sesuai tahapannya misalnya rincian kebutuhan modal awal, teknik memilih bibit yang baik, manajemen pemeliharaan, pasca panen, pemasaran dan sebagainya (Mardikanto, 2000).
Materi penyuluhan harus berangkat dari kebutuhan yang dirasakan (felt need), terutama menyangkut kegiatan yang sedang dan akan segera dilakukan, masalah yang sedang dan akan dihadapi, perubahan-perubahan yang diperlukan atau diinginkan. Meskipun melalui kegiatan penyuluhan diharapkan terjadi penyampaian inovasi yang berupa produk, ide, teknologi, kebijakan. Inovasi yang disampaikan harus terkait dengan kebutuhan-kebutuhan yang sedang dirasakan (Blakely dan Bade, 1998).
Materi ajaran tidak harus bersumber dari textbook, tetapi dapat dari media-massa seperti koran, tabloid, majalah, laporan-laporan, radio, televisi, pertunjukan kesenian, perjalanan, cerita rakyat, pesan-pesan generasi tua (para pendahulu), pengalaman kerja dan pengalaman sehari-hari. Sumber materi ajar tidak harus berasal dari orang-orang pintar, tokoh masyarakat, atau pejabat, melainkan dari siapa saja (Mardiningsih, 2009). Materi yang akan disampaikan pada penyuluhan di peternakan dusun Mangli adalah pengendalian penyakit kolibasilosis pada unggas, baik dari penyebab, penularan, gejala klinis, pengendalian, dan biosecurity.
3.2              Metode Penyuluhan
Metode penyuluhan digolongkan menjadi tiga golongan berdasarkan jumlah sasaran yang dapat dicapai yaitu metode berdasarkan pendekatan perseorangan. Dalam metode ini, penyuluh berhubungan dengan baik secara langsung maupun tidak langsung dengan sasaran secara perorangan, kedua metode berdasarkan pendekatan kelompok. Dalam hal ini, penyuluh berhubungan dengan sekelompok orang untuk menyampaikan pesannya, dan yang terakhir adalah metode berdasarkan pendekatan massal. Metode ini dapat menjangkau sasaran yang lebih luas (massa) (Mardiningsih, 2009).
Metode penyuluhan yang digunakan pada praktikum kali ini menggunakan metode penyuluhan kelompok, metode ini dipilih karena masalah yang ada pada kelima peternakan tersebut sama yaitu adanya penyakit kolibasilosis yang sulit dihindari dan diberantas. Ciri-ciri khusus dari metode pendekatan kelompok yaitu menjangkau lebih banyak sasaran, adanya penyatuan pengalaman petani, memperkuat pembentukan sikap petani, pertemuan dapat diulang dan keterlibatan petani bisa lebih aktif.  Hal ini sesuai dengan pendapat Martanegara (1993), bahwa metode dengan hubungan kelompok digunakan oleh penyuluhan pertanian atau peternakan untuk menyampaikan pesan kepada kelompok. Metode ini sesuai dengan keadaan dan norma sosial dari masyarakat pedesaan Indonesia, seperti hidup berkelompok, bergotong-royong dan berjiwa musyawarah. Menurut Setiana (2005), dalam metode pendekatan kelompok, penyuluh berhubungan dengan sasaran penyuluhan secara kelompok.  
3.3                Media Penyuluhan
Media yang digunakan dalam praktikum penyuluhan adalah media cetak (leafleat), memilih media cetak khususnya leafleat karena lebih efektif dalam penyampaian informasi tidak terlalu panjang, disamping itu informasi tersebut dapat disimpan dan dibaca kembali ketika dibutuhkan. Hal ini sesuai dengan pendapat Nasution (1990), yang menyatakan bahwa segala bentuk benda yang berisi pesan atau informasi yang dapat membantu kegiatan penyuluhan pertanian. Media penyuluhan pertanian berguna untuk mengefektifkan komunikasi antara sumber informasi dan penerima atau komunikan. Menurut pendapat Saefudin dan Setiawan (2006), leaflet disebut juga dengan selebaran yang merupakan sejenis publikasi tercetak tak dijilid, meskipun sering juga dijumpai yang berjilid. Secara fisik leaflet sering kita jumpai dalam bentuk kertas yang dilipat-lipat, terdiri atas berbagai ukuran, tak berjilid, yang di dalamnya berisi informasi yang bertujuan untuk memberitahukan kepada masyarakat luas tentang sesuatu berkaitan dengan penerbitnya atau lembaga yang mengeluarkannya. Isinya pamflet berupa informasi mutakhir mengenai peristiwa-peristiwa penting, kontroversi sosial, atau bahkan iklan atau promosi.
3.4                   Evaluasi
Evaluasi merupakan suatu cara untuk mengukur keberhasilan suatu kegiatan, evaluasi dilaksanakan setelah terlaksananya kegiatan. Bahan evaluasi terhadap peternakan ayam broiler di dusun Mangli pada setiap sasaran penyuluhan diberikan beberapa pertanyaan kepada setiap peternak berupa pertanyaan pembuka (pretest) dan pertanyaan penutup (postest) setelah diadakan penyuluhan. Adapun tujuannya yaitu untuk mengetahui seberapa jauh wawasan peternakan dalam bidang peternakan khususnya penyakit kolibasilosis. Menurut pendapat Padmowiharjo (1996), evaluasi penyuluhan pertanian adalah mengevaluasi sampai seberapa jauh tingkat pencapaian tujuan, berupa perubahan perilaku petani dan keluarganya.
3.4.1             Pretest
Pretest merupakan suatu bentuk pertanyaan, yang diajukan sebelum melakukan penyuluhan. Pertanyaan yang ditanyakan adalah materi yang akan diberikan materi penyuluhan (materi baru). Pretest diberikan dengan tujuan apakah ada diantara peternak ada yang sudah mengetahui mengenai materi penyuluhan yang akan diberikan (Zulfikri, 2009).
Pertanyaan pretest :
1.      Apa yang dimaksud dengan penyakit kolibasilosis?
2.      Apa gejala dari penyakit kolibasilosis?
3.      Bagaimana cara penyebaran penyakit kolibasilosis pada ternak anda?
4.      Bagaimana cara pencegahan kolibasilosis?
5.      Apakah ada pengobatan untuk kolibasilosis?
3.4.2.           Post test
Post test merupakan bentuk pertanyaan yang diberikan setelah penyuluhan disampaikan. Singkatnya, post test adalah evalausi akhir saat materi penyuluhan pada hari itu telah diberikan. Seorang penyuluh memberikan post test dengan maksud apakah peternak sudah mengerti dan memahami mengenai materi penyuluhan yang baru saja diberikan (Zulfikri, 2009).
Pertanyaan post test :
1.        Apa yang dimaksud dengan penyakit kolibasilosis?
2.        Apa gejala dari penyakit kolibasilosis?
3.        Bagaimana cara penyebaran penyakit kolibasilosis pada ternak anda?
4.        Bagaimana cara pencegahan kolibasilosis?
5.        Apakah ada pengobatan untuk kolibasilosis?
DAFTAR PUSTAKA
Blakely, J. Dan D.H. Bade. 1998. Ilmu Peternakan (Diterjemahkan oleh Bambang Srigandono). Gadjah Mada Universiti press, Yogyakarta.
BPS Kabupaten Kendal. 2012. http://www.kendalkab.go.id. (Diakses tanggal 1 Desember 2012).
Fadillah, R. 2005. Panduan Mengelola Peternakan Ayam Broiler Komersial. Agromedia Pustaka, Jakarta.
http://www.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Kendal. (Diakses tanggal 1 Desember 2012).
Infovet. 2009. Koli Serang Manusia dan Ternak. Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan, Jakarta.
Mardikanto, Totok. 2000. Prosedur Penelitian Penyuluhan PembangunanPrima Theresia Pressindo. Surakarta.
Mardiningsih, D. 2009. Efektivitas Penyuluhan Dengan Metode Komunikasi Langsung Dalam Usaha Meningkatkan Pengetahuan Peternak. Hal 52-57.
Martanegara, A. B. D. 1993. Hubungan Antara Keefektifan Metode Penyuluhan dan Karakteristik Serta Sikap Peternak Terhadap Cara Pemberian Pakan Pada Sapi Perah. Laporan Penelitian. Fakultas Peternakan Universitas Padjajaran, Bandung.
Mc. Mullin dan Stanley Edward. 2004. Anatomy Of a Séance : a History Of Spirit communication In Central. Canada.
Nasution, Z. 1990. Prinsip-prinsip Komunikasi untuk Penyuluhan. Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta.
Padmowiharjo, S. 1996. Evaluasi Penyuluhan Pertanian. Jakarta. Universitas Terbuka.
Saefudin dan Setiawan. 2006. Teknik Pembuatan Leaflet Untuk Kegiatan Marketing Informasi di Perpustakaan. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan, Jawa Barat.
Setiana, L. 2005. Teknik Penyuluhan dan Pemberdayaan Masyarakat. Ghalia Indonesia, Bogor.
Tabbu, C. R. 2000. Kolibasilosis dalam Penyakit Ayam dan Penanggulangannya. Kanisius, Yogyakarta. Vol. 1, hal: 31-51.
Wibowo, M. H. dan A. E. T. Wahyuni. 2008. Studi Patogenesitas Eschericia coli Isolat Unggas pada Ayam Pedaging Umur 15 Hari. Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Zulfikri.2009. Apa itu Pretest dan Postest?. http://fikrinatuna.blogspot.com. Diakses pada tanggal 1 Desember 2012.

LAMPIRAN
Lampiran 1. Data Responden
No
Nama
Umur
Pendidikan
Jumlah ternak
Lama beternak
Jumlah keluarga
Masalah
Kebutuhan
1
Suparman
45
SMA
13.000
15
3
Penyakit kolibasilosis dan CRD
Peran pemerintah melalui penyuluhan
2
Andi Susetyo
23
SMP
7.000
2
3
Penyakit kolibasilosis
Kekurangan blower untuk mengatur suhu dalam kandang
3
Yasir
59
SMA
12.000
18
5
Penyakit kolibasilosis
Belum ada timbal balik pemerintah dalam memantau perkembangan peternakan di daerahnya.
4
Kusro
39
SMA
6.000
8
3
Penyakit kolibasilosis dan CRD
Peralatan kandang yang kurang memadai
5
Riyadi
22
SMA
3.000
1
3
Penyakit kolibasilosis
Kurang pengetahuan tentang penyakit
Sumber : Data Primer Praktikum Penyuluhan dan Komunikasi, 2012.

Lampiran 2. Kuesioner
I.       Profil Usaha Peternakan
a.       Nama pemilik peternakan
b.      Umur pemilik peternakan    tahun
c.       Pendidikan
d.      Keluarga; istri :        ; anak:       
e.       Peternakan (pribadi atau kelompok)
f.       Lokasi peternakan
g.      Tanggal berdirinya peternakan
h.      Tujuan peternakan
II.          Pakan
a.     Jenis Pakan
b.    Waktu Pemberian Pakan: pagi jam ………….; sore jam ……………
c.    Harga Pakan
III.        Lokasi dan Perkandangan
a.    Lokasi
-     Topologi
-     Sumber air
b.   Fisiologis lingkungan
c.    Perkandangan
-     Tipe kandang yang digunakan
-     Bahan yang digunakan
-     Perlengkapan kandang dan peralatan kandang
-     Waktu sanitasi
IV.       Ternak
a.       Asal bibit
b.      Harga beli bibit
c.       Waktu membeli bibit
d.      Waktu panen
e.       Tempat pemasaran
f.       Harga jual ayam
g.      Lama waktu pemeliharaan
V.          Masalah Penyakit
a.    Penyakit yang biasanya menyerang ayam
b.    Cara mengenali penyakit
c.    Cara mengatasi penyakit
d.   Vaksinasi yang diberikan
e.    Cara pengendalian penyakit
f.     Menggunakan dokter atau tidak
VI.        Kebutuhan Penyuluhan
1.         Sudah pernahkah mendapat penyuluhan
2.         Sudah berapa kali mendapat penyuluhan
3.         Kapan terkahir mendapat penyuluhan
4.         Kebutuhan yang kurang dalam hal penyakit dan sarana penunjang
Lampiran 3. Peta Wilayah Kecamatan Limbangan, Kendal.
Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Kendal (2012).
Lampiran 4. Dokumentasi
Foto 1 : Peternakan ayam broiler Bapak Suparman.
Foto 2 : Kondisi dalam kandang Peternakan ayam broiler Bapak Suparman.
Foto 3 : Peternakan ayam broiler Bapak Andi Susetyo.
Foto 4 : Kondisi dalam kandang Peternakan ayam broiler Bapak Andi Susetyo.
Foto 5 : Peternakan ayam broiler Bapak Yasir.
Foto 6 : Peternakan ayam broiler Bapak Kusro.
Foto 7 : Peternakan ayam broiler Saudara Riyadi.
Foto 8 : Peternakan ayam broiler Saudara Riyadi.

4 komentar: